Milton Erickson dan subjeknya: Induksi Trance.  SAYA sering mendengar bahwa jika anda pemula dalam hipnosis, sebaiknya jangan menghipnot...

Dan Suaraku akan Terus Bersamamu...

2:26 AM A.S. Laksana 0 Comments

Milton Erickson dan subjeknya: Induksi Trance. 
SAYA sering mendengar bahwa jika anda pemula dalam hipnosis, sebaiknya jangan menghipnotis teman sendiri. Itu lebih sulit.

Saya melanggar itu. Subjek-subjek awal saya adalah teman-teman sendiri dan para kerabat.

Ini kejadian bertahun-tahun lalu. Seorang teman lama datang ke rumah, hari Sabtu waktu itu, pukul sepuluh malam. Kami ngobrol-ngobrol apa saja yang kami rasa menarik buat diobrolkan. Sebagian tentang masa lalu ketika kami bekerja di tempat yang sama, sebagian lagi tentang urusan kami masing-masing sekarang. Kepadanya saya bilang bahwa saya masih menulis (cerpen-cerpen saya masih muncul sesekali di koran-koran). Di luar urusan menulis, kata saya, “Saya menghipnotis orang.”

“Kau bisa?” tanyanya.

Pada waktu itu saya sudah dua tahun mendalami hipnosis Milton Erickson dan menjadi seperti pemain sirkus yang keranjingan melakukan atraksi di kandang sendiri.

Saya hipnotis anak saya, saya tidurkan keponakan saya, saya bikin teler adik-adik ipar saya, mertua saya, dan tetangga kiri kanan. Namun istri saya selalu menghindar. Ia hanya senang melihat saya melakukannya pada siapa saja, tetapi ia punya kecurigaan yang tidak masuk akal terhadap hipnosis sehingga tidak pernah mau mencobanya.

Saya tidak pernah memintanya menjadi subjek sampai akhirnya ia sendiri tertarik setelah memastikan bahwa hipnosis ternyata aman-aman belaka.

Kepada kawan saya, saya ceritakan beberapa hal yang saya lakukan dan perasaan nikmat yang didapatkan oleh orang yang memasuki kondisi trance. Saya perhatikan ia tertarik. Akhirnya, ia mengajukan pertanyaan: “Kalau saya, apakah bisa dihipnotis?”

Ini kesempatan untuk memainkan jurus kepada orang luar yang bukan penghuni kandang.

Ketika membaca buku-buku Erickson dan beberapa buku hipnosis lain, saya membaca semua materi dalam bahasa Inggris. Saya mencermati pola-pola sugesti Erickson dan memindahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Berikutnya saya berlatih membuat skrip sendiri, dengan subjek imajiner, menciptakan sejumlah metafora versi saya sendiri. Semuanya dalam bahasa Indonesia.

Sekarang, saya menghadapi subjek berbahasa Jawa. Akan saya sampaikan dalam bahasa apa sugesti-sugesti untuknya?

Saya tak terbiasa berbahasa Indonesia dengan teman saya ini. Namun jika harus mensugesti dalam bahasa Jawa, pasti mumet kepala saya.

Persoalan lainnya, apakah teman saya akan menganggap saya serius bisa menghipnotis? Jangan-jangan ia menganggapnya sebagai guyon belaka dan akan tertawa terbahak-bahak ketika saya mencoba membuatnya tidur.

Sepanjang berlangsungnya keruwetan di dalam benak, saya meminta teman saya duduk nyaman di kursinya dan menaruh kedua telapak tangannya di atas paha. “Jangan biarkan tanganmu saling bersentuhan,” kata saya dalam bahasa Jawa. Kemudian saya meminta matanya melihat gagang pintu yang ada di hadapannya. Ia menuruti semua yang saya minta.

Pada saat itu sebuah ilham seperti datang tiba-tiba. Saya pikir saya akan berterus-terang saja menyampaikan keruwetan saya kepadanya. Masih dalam bahasa Jawa, saya bilang, “Oke, biasanya kita ngobrol dalam bahasa Jawa. Jika kita ngobrol dalam bahasa Indonesia, percakapan kita  pasti akan terdengar seperti ketoprak humor. Begitu, kan?”

Ia tertawa.

Lanjut saya, “Tapi, sekarang, saya sesekali mungkin akan menggunakan bahasa Jawa, sesekali bahasa Indonesia, dan itu baik-baik saja ... Yang terpenting di sini, kau bisa memahami apa yang kusampaikan selagi kau duduk nyaman di kursimu ... menikmati ketenteraman kursi itu ... dan matamu tetap pada gagang pintu. Dan itu membuat kepalamu diam tenang ... dan itu membuat kupingmu tidak bergerak-gerak dan tetap diam di tempatnya.”

Setelah berterus terang seperti ini saya merasa lebih enteng, dan lebih enak berkomunikasi dengannya dalam bahasa campur-campur.

Teman saya tampak tenang dan tidak mempermasalahkan kalimat-kalimat yang pasti terdengar aneh jika digunakan dalam percakapan biasa. Sesungguhnya, dalam hipnosis, anda punya keuntungan bisa berkomunikasi dalam kalimat-kalimat semacam itu, yang akan terasa ganjil dalam ukuran percakapan sehari-hari.

Sekarang, penting bagimu menjaga kupingmu tetap diam di tempatnya... sebab itu kuping yang kuajak bicara ... dan itu kuping yang bisa mendengar semua suara ... Dan, kau juga tahu, kupingmu bisa pula mengabaikan suara apa saja dan memilih hanya mendengarkan suaraku....

Erickson melakukan hal ini. Saya hanya menirukan apa saja yang bisa saya ingat.

Sekarang, kau bahkan bisa mengabaikan suaraku jika kau mau ... dan kau tidak mendengar apa pun ... sebab bawah sadarmu siap melakukan tugasnya ... dan ia dekat sekali denganku ... ia dalam jangkauan suaraku ... karena itu ia selalu bisa mendengar suaraku .... Dan suaraku akan selalu mengikutimu ... ia menjadi suara ayahmu, ibumu, suara teman-temanmu, gurumu, tetanggamu ... dan menjadi suara angin, suara hujan ... suara-suara yang kaukenal di masa kecil ... ketika kau suatu hari merasakan sesuatu yang membahagiakan di dunia masa kecilmu. Apakah itu ketika kau berada di ruang kelas?”

Lagi-lagi saya hanya menirukan Milton Erickson. Ia sering mengatakan kepada subjeknya, dengan cara yang penuh simpati: “And my voice goes everywhere with you … changes into the voice of your parents, your neighbors, your friends, your schoolmates, your playmates, your teachers … and the voices of the wind, and of the rain. And I want you to find yourself sitting in the school room, a little girl feeling happy about something, something that happened a long time ago, that you forgot a long time ago.”

Itu sugesti yang paling saya kagumi. Ia muncul dari seseorang yang sangat mencintai profesinya, seorang hipnotis yang menyayangi subjek-subjeknya.

Sekarang, aku hanya berurusan dengan pikiran bawah sadarmu ... dan aku bahkan tidak peduli pikiran sadarmu memikirkan apa atau tidak memikirkan apa-apa sama sekali. Sebab aku hanya berurusan dengan bawah sadarmu ... dan ia bisa menangkap suaraku meskipun kupingmu tidak mendengar suaraku... dan suaraku hilang dari pendengaranmu.... Dan jika pikiran sadarmu lelah, ia bisa tidur begitu saja, dengan sendirinya ... Hanya, sekarang, kau perlu memastikan bahwa pikiran bawah sadarmu selalu terjaga ... ketika pikiran sadarmu tidur lelap, semakin lelap.

Dan, kapan tidurnya teman saya ini?

Ia kelihatan semakin tenang, tetapi matanya tetap melotot ke arah gagang pintu.

Biasanya orang bisa tidur dengan sendirinya, dan kau pun begitu, ketika kelopak matamu terasa semakin berat ... Mungkin itu didahului dengan satu kedipan ... dan mungkin disusul dengan dua atau tiga kedipan sekaligus....

Saya menunggu ia mengedipkan kelopak matanya, dan isyarat itu tetap tidak muncul. Matanya masih melotot.

Sekarang, kautahu, orang biasanya tidur dengan mata tertutup, tetapi kau bisa juga tidur dengan mata terbuka ... dan kau bisa memilih mana yang paling memberimu kenyamanan ... tidur dengan mata terbuka, atau tidur dengan mata tertutup ... Yang terpenting di sini, kau bisa tidur dengan nyaman, bahkan seandainya kau memilih tidur dengan mata terbuka. Dan, sekarang, aku hanya menunggu ... kau menunggu... apa pengalaman menyenangkan yang segera kaualami.

Ia memilih menutup mata.

Bagus! Begitulah, kau memilih tidur nyaman dengan mata tertutup. Dan itu sesuai pilihanmu sendiri... begitu matamu tertutup, tidurlah lelap... sangat lelap.

Selanjutnya saya membuatnya tidur lebih nyenyak.***

0 comments: