Hipnosis sebagai Sarana Pembelajaran yang Efektif
| A.S. Laksana |Memfokuskan perhatian subjek adalah perkara mudah. Membuat subjek kebingungan juga sepele. Menidurkan subjek setelah mereka fokus atau kebingungan juga tidak sulit-sulit amat. Yang lebih serius adalah bagaimana kita memanfaatkan trance dan berbagai fenomena hipnotik yang bisa dibangkitkan dalam kondisi tersebut. Di situ pembelajaran berlangsung—jika kita menyepakati Erickson bahwa hipnosis adalah pembelajaran—dalam cara yang paling sesuai dengan individualitas pasien. Erickson selalu memanfaatkan respons pasiennya dengan memberikan umpan balik positif terhadap apa pun bentuk respons tersebut.
Sesungguhnya ia memang selalu memberi respons positif pada apa saja. Bahkan pada kejadian-kejadian tidak terduga yang terjadi selama induksi trance atau selama trance berlangsung. Suara jalanan di luaran sana, suara kendaraan, derit pintu ruangan, dan sebagainya, ia manfaatkan semua untuk memperdalam trance. Atau untuk membuat pasien tidak memperhatikan itu semua dan hanya semakin fokus pada “pengalaman menyenangkan” yang sedang dialami subjeknya.
Dalam pendekatan utilisasinya, Erickson nyaris tidak pernah menerapkan sugesti-sugesti normatif yang menganggap bahwa pasien adalah makhluk penurut dalam keadaan trance. Ia selalu melakukan pendekatan yang bisa memenuhi kebutuhan pribadi seseorang, termasuk ketika kebutuhan orang itu adalah untuk membuktikan bahwa hipnosis tak bisa diterapkan kepadanya.
Ini teknik yang sangat ampuh, sebab ketika pasien mendapatkan apa yang dibutuhkannya, di level bawah sadar ia akan nyaman bekerjasama dengan terapis, meskipun secara sadar ia mungkin menampilkan resistensi. Dalam banyak kasus penanganannya, anda akan bisa menjumpai bagaimana Erickson melayani pandangan irasional pasiennya dan menjalankan terapi dengan memberi ruang seluas-luasnya pada keyakinan irasional pasien tersebut.
Dengan cara itu pula ia melindungi pasien, dan itulah salah satu prinsip utama dalam terapi, yakni perlunya melindungi pasien. Pasien datang pada kepada anda, sebagai terapis, dengan harapan anda bisa membantunya mengatasi masalah, dan bukan menyerahkan diri sepenuhnya kepada anda. ia ingin mendapatkan apa yang menjadi tujuan terapetiknya dan tetap menikmati proses tersebut tanpa menjadi waswas mengenai hal-hal yang punya kemungkinan melukai harga dirinya.
Ia datang bukan melulu karena anda seorang terapis, tetapi juga karena ia ingin menaruh kepercayaan kepada anda. Sikap resisten yang kadang dimunculkan oleh pasien bisa jadi adalah benteng pertahanan yang melindungi harga dirinya. Jika anda bisa menerima sikap resisten yang ia perlihatkan, dan tahu cara mengapresiasi sikap tersebut, pasien anda akan bisa merasakan penerimaan itu dan dari situ anda bisa berharap akan tercipta kedekatan hubungan (rapport) antara anda dan pasien anda. Dan pada akhirnya anda bisa memastikan bahwa tujuan terapetik adalah suatu kebutuhan bersama, anda dan pasien anda.
Bagaimanapun, orang masih menyimpan sejumlah kekhawatiran pada hipnosis. Datang untuk menemui terapis adalah sebuah keputusan sulit, jauh lebih sulit dibandingkan jika anda memutuskan pergi ke dokter karena nyeri lambung, atau ke tukang urut karena terkilir. Masalah-masalah psikologis seringkali tidak dianggap sebagai masalah, begitu juga kemurungan terus-menerus, atau pola-pola perilaku yang tidak produktif, atau tidak tahu apa yang harus dilakukan, atau frustrasi karena hubungan memburuk antara suami dan istri, atau stres, fobia, dan depresi, dan sebagainya.
Untuk masalah-masalah fisik, orang akan cepat mengambil tindakan jika keadaannya memungkinkan. Ini sangat berbeda dengan apa yang dilakukan orang terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan emosi dan pikiran, yang seringkali menjadi landasan bagi berkembangnya sejumlah ketidaknyamanan fisik. Emosi negatif adalah alasan kenapa seseorang tidak sanggup bugar dan mencapai performa yang mungkin ia capai.
Keterbatasan cara berpikir atau pandangan dunia seseorang, sesuatu yang dikembangkan melalui pengalaman hidup bertahun-tahun, adalah sumber utama yang menyebabkan orang itu tidak bisa berfungsi optimum. Maka, langkah awal yang sangat penting bagi terapis adalah membuat kliennya nyaman bekerjasama menjalani sesi terapetik. Erickson selalu memastikan hal itu dengan segala kecerdikannya.
0 comments: