Ada dua kategori manusia, yakni manusia yang berhasil dan manusia yang gagal. Yang pertama sedikit jumlahnya, yang kedua sangat banyak. R...

Menanamkan ‘Empowering Belief’ ke dalam diri sendiri

7:49 PM A.S. Laksana 0 Comments


Ada dua kategori manusia, yakni manusia yang berhasil dan manusia yang gagal. Yang pertama sedikit jumlahnya, yang kedua sangat banyak. Rata-rata manusia adalah orang-orang yang gagal. Mereka gagal mengoptimumkan kecakapan, gagal menampilkan performa terbaik, gagal meraih apa yang mereka inginkan—jika mereka mempunyai keinginan.

Orang-orang yang gagal dan orang-orang yang berhasil sama-sama memiliki belief, keyakinan, sesuatu yang menjadi landasan mereka menjalankan fungsi sebagai manusia. Orang-orang yang berhasil memiliki belief—biasa disebut empowering belief—yang mendorong mereka meraih keberhasilan. Orang-orang yang gagal memiliki belief—biasa disebut limiting belief—yang mendorong mereka berhasil di dalam meraih kegagalan.

Kedua belief tersebut, baik empowering belief maupun limiting belief—sama-sama bekerja dan sama-sama berhasil mewujudkan apa yang menjadi keyakinan orang.

Empowering belief adalah keyakinan yang memberi anda kekuatan untuk terus-menerus meningkatkan diri dan mewujudkan apa yang anda yakini.

Limiting belief adalah keyakinan yang menghambat, menghentikan, dan mengekang kemampuan anda untuk mewujudkan situasi yang lebih baik di dalam kehidupan yang anda jalani. Limiting belief memerangkap anda ke dalam situasi tidak berdaya, tidak bisa berbuat apa-apa, dan gagal menjadikan diri lebih baik.

Teknologi pikiran, apa pun jenisnya dan apa pun prosedurnya, selalu berangkat dari pernyataan simpel berikut ini: “Manusia adalah apa yang ia pikirkan tentang dirinya sendiri.”

Dengan kata lain, anda adalah apa yang anda pikirankan. Situasi anda selalu sesuai dengan apa yang anda pikirkan. Nasib baik dan nasib buruk anda berangkat dari apa yang terus-menerus anda pikirkan—dari keyakinan yang ada di dalam benak anda.

Émile Coué (1857–1926), psikoterapis dari Perancis, pioner dalam terapi otosugesti, menggunakan prinsip tersebut di dalam menangani pasien-pasiennya. Kepada para pasiennya, Coué selalu mengawali percakapan dengan mengatakan: “Penyakit anda, Tuan/Nyonya, makin menjadi-jadi karena anda sepanjang waktu memikirkannya.”

Dalam terapi Coué, pasien didorong untuk menanamkan pemikiran baik kepada diri sendiri dan tentang diri sendiri. Mereka dibawa ke dalam situasi khusyuk untuk mengalami hal-hal yang menyenangkan, yang membuat mereka pada akhirnya mampu menanamkan kesadaran diri yang baru: “Every day, in every way, I am getting better and better.”

Anda bisa mengubahnya dalam bahasa Indonesia menjadi “Setiap hari, dalam semua hal, aku semakin membaik dan terus-menerus membaik.” Atau “Setiap hari, dalam segala hal, aku semakin sehat, semakin sehat.” Atau terserah dengan kalimat apa anda akan merumuskan kalimat otosugesti anda.

Coué  membantu pasien-pasiennya menyembuhkan diri dengan cara seperti itu. Setiap malam menjelang tidur dan pagi hari begitu bangun tidur, mereka diminta mengucapkan berulang-ulang kalimat itu. Dua puluh satu hari adalah waktu yang cukup untuk membuat kesadaran baru itu mulai berakar di dalam kesadaran anda.

Setelah itu, tentu saja anda perlu menanamkan kesadaran baik sepanjang hidup. Kita tidak perlu menunggu punya masalah lebih dulu untuk mulai menanamkan kesadaran baik ke dalam benak kita sendiri.

Dalam metode penanganannya, Milton Erickson sering sekali menyampaikan sugesti: “Aku senang berkawan dengan orang-orang yang mampu mempertahankan pemikiran-pemikiran besar mereka. Itu pemikiran yang akan membawa mereka mengalami hal-hal besar, menikmati hal-hal menakjubkan di dalam kehidupan yang mereka jalani.”

Jika anda mau, anda bisa memulainya sekarang juga. Anda adalah apa yang anda pikirkan tentang diri sendiri. Tentu saja saya tidak bisa melarang jika anda ingin membuat otosugesti sebaliknya dari yang disarankan Coué: “Setiap hari, dalam segala hal, aku adalah orang yang celaka, dan semakin celaka, dan terus-menerus celaka.”

0 comments: