| A.S. Laksana | Orang sering mengatakan, “Jika tahu dari awal bahwa ujung-ujungnya akan begini, aku akan mengambil jalan berbeda.” Di ten...

Pseudo-Orientasi Waktu sebagai Teknik Terapi

6:14 PM A.S. Laksana 2 Comments

| A.S. Laksana |

Orang sering mengatakan, “Jika tahu dari awal bahwa ujung-ujungnya akan begini, aku akan mengambil jalan berbeda.” Di tengah situasi sulit, biasanya orang sulit juga menjadi objektif. Mereka ingin mengubah situasi sekarang juga dan jarang mau melihat jauh ke depan, mencermati segala kemungkinan yang bisa terjadi di masa depan, dan menemukan solusi bagi masalah hari ini.

Pseudo-orientasi waktu adalah teknik untuk membawa orang melihat ke masa depan.

Kita melakukannya dengan membalik teknik regresi dan mengarahkan orientasi subjek ke masa yang akan datang. Kita membawa pasien melihat situasi ketika terapi berhasil.

Apa manfaat pseudo-orientasi waktu?

Untuk memantapkan perilaku baru. Latihan melihat keberhasilan di masa depan ini adalah cara untuk memperbesar keberhasilan yang sesungguhnya.

Untuk mendapatkan teknik terapi yang berhasil. Dalam keadaan terapis tidak dapat memutuskan bagaimana terapi harus dijalankan, ia bisa meminta pasien (dalam kondisi trance hipnotik) untuk membayangkan keberhasilan terapinya di masa datang. Kepada pasien ditanyakan apa yang telah dilakukan oleh terapis dalam membantu keberhasilannya mengatasi masalah. Pasien melaporkan apa yang dilakukan oleh terapis. Terapis kemudian melakukan penanganan sebagaimana yang dilaporkan oleh pasien untuk mencapai keberhasilan terapi.

Contoh kasus penerapan pseudo-orientasi waktu oleh Milton Erickson

Contoh kasus berikut ini akan memperjelas pembahasan kita tentang pseudo-orientasi waktu dan bagaimana teknik ini diterapkan. Saya menyarikan penanganan berikut ini dari contoh penanganan yang ditulis oleh Erickson dalam Journal of Clinical and Experimental Hypnosis, edisi 1954.

Pasien Erickson ini adalah seorang duda berusia 30 tahun. Ia pegawai kecil, tinggal di kamar kontrakan yang menyedihkan keadaannya, dan tidak punya teman baik lelaki maupun perempuan. Ia tidak gemar membaca, tidak ke gereja atau ke gedung bioskop, makan di rumah makan murah, dan satu-satunya rekreasi yang ia lakukan adalah mengemudikan mobil tanpa tujuan di daerah pedesaan.

Tiga tahun ia menjalani perawatan medis karena berbagai keluhan somatik yang melibatkan seluruh bagian tubuhnya. Pada satu waktu ia masuk rumah sakit untuk operasi usus buntu. Dan reaksinya ketika masuk ke ruang bedah sungguh ekstrem. Ia meraung-raung, berteriak, dan mengeluh sakit perut tak tertahankan. Waktu pemulihannya berjalan lebih dari sebulan dan setelah itu ia membuat keluhan lain yang lebih mengerikan ketimbang sebelumnya.

Selain itu, ia kerap depresi, menangis, dan enggan meninggalkan rumah sakit. Perilakunya saat operasi dan sesudahnya membuktikan bahwa ia seorang “pengecut”, “orang yang tidak baik”, “tidak berguna”, dan “manusia gagal”.

Selanjutnya situasi orang ini semakin menyedihkan. Ia merosot secara pribadi dan kacau balau dalam urusan keuangan. Dua sampai empat kali seminggu ia mengunjungi dokter untuk mendapatkan solusi atas berbagai keluhannya: nyeri punggung, sakit kepala, nyeri lambung, dan lain-lain. Dokter merujuknya ke psikiater. Tapi para psikiater gagal menanganinya. Laporan mereka tentang lelaki ini bervariasi: ia “cacat karakter”, “pribadi yang lemah”, “mengidap delusi yang parah bahwa dirinya sakit,” dan “psikopat dalam jenis yang inferior”.

Semua psikiater sepakat bahwa ia tidak bisa diterapi.

Sekitar 18 bulan setelah operasi usus buntu, ia dirujuk ke Erickson untuk hipnoterapi. Dokter menyerahkan juga catatan lengkap tentang riwayat kasus orang ini.

Mudah bagi Erickson untuk membangun rapport dengan pasien ini. Dan meski kondisinya sangat menyedihkan, ia adalah subjek yang baik. Dalam empat sesi di bulan pertama Erickson hanya melatihnya agar mampu mengembangkan berbagai fenomena hipnotik. Setiap kali sesi berakhir, pasien selalu dibikin amnesia saat dibangunkan. Selama empat sesi pertama ini benar-benar tidak ada upaya terapi selain meningkatkan kedekatan dan mengembangkan rasa aman dan kepercayaan diri pasien.

Dalam dua sesi berikutnya, Erickson membuatnya berhalusinasi dengan memandang sejumlah bola kristal. Di dalam bola-bola kristal itu pasien diminta melihat serangkaian pengalaman yang sangat emosional dan traumatis sepanjang hidupnya, dalam berbagai situasi, pada waktu yang berbeda-beda. Reaksinya terhadap keseluruhan peristiwa itu menunjukkan keputusasaan. Katanya, “Siapa pun yang mengalami peristiwa-peristiwa semacam itu tak akan pernah punya peluang.”

Ketika dibangunkan dalam kondisi amnesia, ia selalu menunjukkan perasaan putus asa dan depresi. Sesi berikutnya mereka hanya ngobrol tentang apa saja yang ia inginkan tentang dirinya sendiri, tentang harapannya, dan tentang semua gagasan yang mungkin ia wujudkan. Sesi ini tidak memuaskan. Banyak waktu dihabiskan oleh pasien untuk mengeluh bahwa ia memang berhak mendapatkan semua kesulitan itu. Pada akhir sesi, ia semakin putus asa.

Pada sesi berikutnya ia dihipnotis dan diberi perintah untuk mengulangi semua tugas yang telah diberikan kepadanya pada sesi sebelumnya. Harapan-harapannya, yang disuarakan dalam nada putus asa, bisa diringkaskan sebagai berikut:

1. Menikmati kesehatan fisik yang “normal saja.”

2. Kenaikan gaji yang “rata-rata saja.”

3. Sedikit lebih luwes, sehingga bisa bergaul, untuk kegembiraan pribadi dan pertemanan.

4. Tidak terlalu penakut, cemas, dan kompulsif.

5. “Cukup bernyali sebagai pria” jika ia harus menjalani operasi, atau, jika ia harus mempertahankan hak, “untuk berantam layaknya lelaki.”

6. Hasrat untuk bisa mengambil langkah yang sedikit lebih baik atas semua hal buruk yang telah terjadi dan yang mungkin akan terjadi.

7. Berharap bisa cukup dewasa secara emosional sehingga ia bisa menikah atas dasar cinta dan bukan karena dikasihani orang lain.

Ia dibangunkan dengan amnesia atas semua pengalaman trancenya dan pulang dengan perasaan depresi. Dalam dua sesi sebelumnya, sebagaimana dalam sesi-sesi terdahulu, tetap tidak ada upaya lain kecuali sekadar memunculkan respons lelaki itu.

Pada sesi selanjutnya, dengan pasien dalam kondisi sadar, Erickson mengajaknya membahas apa yang kira-kira bisa ia harapkan untuk masa depan. Kata Erickson, ini akan merupakan kesempatan untuk merenungi masa lalu, melihat kembali semua keluhan dan kesulitan, dan mengingat kemajuan terapi. Yang terpenting, pasien bisa menguji semua pencapaiannya, melihat keberhasilan terapi dalam mewujudkan apa yang ia harapkan untuk menjadi normal.

Pasien kemudian dihipnotis dan Erickson mengulangi pembahasan yang sama. Dalam keadaan trance somnambulistik, pasien kemudian dibawa ke waktu tertentu, pada suatu hari di masa mendatang.

Proyeksi waktu membawa pasien ini ke masa sekitar lima bulan ke depan,
dalam situasi ia mengunjungi Erickson. Tujuan dari kunjungan tersebut adalah untuk menyampaikan apa saja yang terjadi sejak ia selesai menjalani terapi.

Erickson mensugesti bahwa ia mungkin ingin memulai dengan cerita singkat tetapi menyeluruh tentang masa lalu sebagaimana yang ia lihat dalam pelbagai adegan di bola-bola kristal. Sekitar 10 menit ia menyampaikan ceritanya tentang kejadian-kejadian di masa lalu. Selama itu ia menunjukkan sikap bersimpati, dan bukan kecemasan, ketakutan luar biasa, atau kemurungan yang sering ia perlihatkan sebelumnya.

Selanjutnya pasien disugesti bahwa mungkin akan lebih mudah baginya untuk melaporkan perkembangan terapi dengan cara membayangkan kejadian-kejadian penting dalam bola-bola kristal. Jadi, ia bisa santai saja melihat kejadian-kejadian tersebut.

Lelaki itu sangat antusias. Ketika ia memandang berbagai adegan halusinasi dalam bola kristal, semangat dan kegembiraannya meningkat. Laporannya bisa diringkaskan begini:

1. Aku sedang berjalan, hendak mengunjungi Dr. X (dokter yang selama ini menanganinya). Tidak, aku melintasinya saja. Kupikir, “Syukurlah, saya tidak harus ke sana lagi.”

2. Aku berenang dan—lihatlah, aku akan menyelam.

3. Lihat, aku meminta kenaikan gaji kepada bos. Ia akan memberikannya. Sialan, aku tak bisa mendengar berapa ia akan menaikkan gaji.

4. Astaga! Kaulihat itu? Si tolol itu selalu memarkir mobilnya menghalangi mobilku sehingga aku tak bisa mengeluarkannya dan harus menunggu orang itu setengah jam kemudian. Sekarang aku bilang kepadanya agar ia parkir di tempat lain dan tolong dipahami alangkah jengkelnya aku karena ia selalu menutupi jalanku.

5. Aku di gedung bioskop. (Ia ditanya apa gambar yang ia lihat.) Siapa yang ada di layar? Aku sedang mencumbu pacarku.

6. Sekarang aku berada di galeri bersama seorang gadis—ini gadis lain—dan kami kemudian keluar makan siang. Ia cantik.

7. Aku bicara di depan sekelompok orang. Aku tidak ingat yang mana, karena aku juga bicara di tempat-tempat lain, tetapi aku tidak melihatnya dengan jelas.

8. Mobilku dicat dan aku mengenakan pakaian baru. Tampak keren. Aku bahkan mengenakannya ke tempat kerja.

Setelah itu ia dibawa kembali ke masa sekarang dan dibangunkan dalam keadaan amnesia terhadap apa saja yang terjadi sepanjang sesi berlangsung. Selain itu, ia diminta tidak memberikan respons terhadap apa pun yang mungkin terjadi selama sesi kecuali mematuhi instruksi yang diberikan kepadanya. Ia pulang, mengeluh sangat kelelahan. Dan datang lagi keesokan harinya. Prosedur yang sama dijalankan lagi. Ia dibawa ke masa tujuh bulan ke depan, dan responsnya serupa dengan sebelumnya. Erickson memulai sesi dengan mengatakan sebagai berikut:

“Seingatku, kau kemari dua bulan lalu. Kau datang untuk menyampaikan kemajuanmu. Aku membuatmu trace dan memintamu menggambarkan dirimu sendiri di bola-bola kristal sehingga kau bisa menyampaikan cerita secara utuh.

“Sekarang, kupikir kau masih ingat semua hal yang kaukatakan dan kaulihat dua bulan lalu itu. Abaikan saja apa yang kulihat atau kulakukan; kau hanya perlu mengingat apa yang kauceritakan dan kaulihat dan kaulakukan selagi kau menyampaikan ceritamu. [Ini untuk menjaganya dari ingatan tentang instruksi-instruksi hipnotik yang ia terima sebelumnya, terutama yang berkaitan dengan proyeksi waktu.]

“Sekarang lihat lagi semua hal itu. Di antaranya ketika kita bertemu pertama kali dan bahkan, lebih jauh lagi, tentang masalah yang telah membawamu datang kepadaku. Sekarang pikirkan baik-baik, secara jernih dan menyeluruh, dan kemudian sampaikan kepadaku.”

Dan inilah ringkasan respons pasien:

“Saya benar-benar berantakan dan menyedihkan ketika pertama kali bertemu denganmu. Seperti bayi cengeng yang selalu merengek. Saya tidak yakin kau bisa membuatku berdiri tegak.

“Aku tidak begitu tahu apa yang terjadi. Rasanya seperti mimpi, tapi itu bukan mimpi. Apa pun yang kaukatakan menjadi kenyataan. Aku seorang bocah, aku lebih besar, lebih besar lagi, kadang semua berlangsung bersamaan. Dengan caramu kau membuat aku mengalami kembali seluruh kehidupanku. Aku benar-benar mengalaminya kembali.

”Kemudian kau membuatku melihat itu semua di bola-bola kristal. Aku di dalam bola kristal. Dan aku yang ada di luar menyaksikan semuanya. Beberapa yang kusaksikan di sana sungguh menyedihkan. Tetapi aku sendirilah yang menyedihkan.

“Namun yang paling kusukai, tetapi aku tidak yakin akan terjadi, adalah ketika kau memintaku menceritakan semua yang kuinginkan. Kemudian entah bagaimana aku mulai melakukan hal-hal itu. Aku tidak tahu itu karena aku mestinya berada di ruangan ini tetapi aku tidak di sini. [Erickson memotongnya, dan memberikan instruksi hipnotik agar ia hanya melaporkan apa yang ia lihat dan lakukan dan tidak perlu mencoba memahami situasinya.]

“Yah, aku melakukan semuanya. Itu sungguh mengejutkan! Oh, aku merasa benar-benar nyaman akan hal itu. Aku senang melakukannya. Aku kaget sendiri ketika aku mengajak waitress itu kencan. Ia manis. Dan kenaikan gajiku 10 dolar. Dan ketika kubilang kepada lelaki sialan itu tentang mobilnya yang menghalangi mobilku, ia bersikap jantan. Dan aku merasa demikian juga. Aku datang ke Dr. X suatu hari karena ia benar-benar memperhatikanku. Kurasa ia mempercayaiku, bahkan sekalipun ia tidak bisa membantuku.”

Dan ia meneruskan ceritanya, dengan kepercayaan diri, perasaan aman, dan kegembiraan, sebuah fantasi tentang keberhasilan terapi. Semua sesuai dengan situasinya. Semua memiliki nilai penting bagi dirinya menyangkut realitas yang harus ia hadapi.

Ketika ia selesai, Erickson memberitahu bahwa ia akan dihipnotis. Teknik ini dilakukan untuk membawanya ke situasi sekarang. Sekali lagi, sebagaimana sesi sebelumnya, ia disodori sugesti post-hypnotic untuk amnesia terhadap semua kejadian yang ia alami.

Masih dalam keadaan trance, ia diberi perintah ambigu bahwa pertemuan berikutnya mungkin berlangsung minggu depan, tetapi pertemuan itu bisa berlangsung bisa juga tidak. Beberapa kejadian akan menentukan apakah pertemuan itu berlangsung minggu depan atau tidak. Namun, yang jelas ia akan datang lagi, jika tidak minggu depan, mungkin dua bulan lagi.

Erickson membangunkannya dan membuatnya amnesia dan menyuruhnya pulang tanpa menyebutkan kapan harus datang lagi. Ia tampak kelelahan dan linglung.

Lelaki itu tidak muncul sampai delapan minggu berikutnya. Ia datang lagi dengan pakaian baru, dan mobilnya dicat baru dan kulit joknya baru. Seorang gadis dengan penampilan atraktif menemaninya, ia sekretaris. Begitu datang ia langsung bilang bahwa ia ingin menceritakan kepada Erickson beberapa kejadian terakhir yang dialaminya. Laporannya ringkasnya sebagai berikut:

Sekitar satu minggu setelah sesi terakhir ia merasa bingung, tapi pada saat yang sama ia memiliki “perasaan” bahwa “sesuatu yang baik sedang terjadi” padanya. Kemudian suatu hari saat bekerja ia bertanya-tanya mengenai pertemuan berikutnya. Tapi sebelumnya ia bisa membuat keputusan, secara impulsif ia meminta kenaikan gaji kepada bosnya. Tidak hanya gajinya dinaikkan, ia juga dipindahkan ke posisi yang lebih baik. Hal ini memberinya kegembiraan luar biasa dan kepercayaan diri.

Saat meninggalkan kantornya malam itu, ia tidak menunggu di dalam mobilnya dengan kemarahan terpendam seperti biasanya, karena mobilnya terhalang, tetapi ia ajak lelaki itu minum bir. Sambil minum-minum, ia bilang kepada lelaki itu dengan nada datar, “Kupikir kau terus-menerus menghalangi mobilku karena aku lembek dan tak bernyali. Mulai sekarang, singkirkan mobilmu dan kita minum bir saja.”

Masalah selesai dengan obrolan ringan.

Dengan kegembiraan yang meluap, ia makan malam di restoran lain malam itu, ngobrol asyik dengan pramusaji, dan mengajaknya nonton. Pramusaji menolak, tetapi ia tetap tenang oleh penolakan itu dan pergi menonton film sendirian.

Selanjutnya ia pindah ke kamar kontrakan yang lebih baik di lokasi yang lebih baik. Dalam proses berpindah, ia buang semua yang telah ia kumpulkan bertahun-tahun. “Aku benar-benar membersihkan rumah,” katanya.

Sejak itu, ia menjalani hidup normal dan menikmati hal-hal yang menyenangkan bagi kebanyakan orang. “Tiba-tiba saja aku telah membuang semua perangai burukku,” katanya. “Itu mudah jika kau sudah berani memulainya. Aku tidak pernah mencobanya sebelum ini. Aku berpacaran dengan perempuan, hubungan kami stabil. Tapi kami akan melihat lebih jauh apakah kami benar-benar saling mencintai. Kesehatanku membaik. Aku tidak kalut lagi oleh sakit kepala ringan atau rasa nyeri seperti sebelum-sebelumnya.”

Dua tahun setelah itu, ia dan si sekretaris berencana menikah.

Sedikit penjelasan tentang fantasi sadar dan fantasi bawah sadar

Dalam pseudo-orientasi waktu, kita membuat pasien berfantasi tentang keberhasilan terapi. Ini adalah fantasi bawah sadar. Lalu apa beda antara fantasi bawah sadar dan fantasi sadar?

Fantasi sadar merupakan angan-angan yang terpisah dari realitas. Ia tidak lebih dari lamunan atau harapan yang seringkali jauh dari kenyataan. Fantasi bawah sadar, yang dimunculkan melalui pendekatan pseudo-orientasi waktu, adalah proses psikologis untuk mewujudkan realitas. Di sini bawah sadar terlibat dalam mewujudkan keberhasilan tersebut.

Fantasi bawah sadar bukanlah angan-angan belaka, melainkan sebuah niat bawah sadar yang akan dijalankan dalam waktu yang tepat. Dengan kata lain, fantasi bawah sadar bukanlah lamunan yang menjadi sarana orang untuk melarikan diri dari realitas. Ia adalah penilaian serius bawah sadar, dalam bentuk fantasi, tentang realitas. Dan itu berangkat dari pemahaman (bawah sadar) subjek terhadap diri sendiri.

Langkah-langkah menerapkan pseudo-orientasi waktu

Dalam percakapan ringan dengan pasien, anda bisa menyodorkan perumpamaan tentang mimpi dan bagaimana orang bisa bermimpi mengalami kejadian yang berlangsung beberapa hari, beberapa minggu, atau bahkan beberapa bulan ke depan, seolah-olah masa depan berlangsung hari ini.

* Ceritakan pengalaman pribadi anda berkaitan dengan proyeksi waktu ke depan itu kepada pasien atau subjek anda.

* Sampaikan metafora tentang amnesia dan bagaimana kita lupa pada mimpi kita. Bahkan kita lupa pada pengalaman bahwa kita telah melakukan hal-hal yang tepat dalam situasi masa depan itu—namun tanpa kita sadari kita tahu bahwa kita sudah melakukan itu.

* Perkenalkan tentang trance yang menyenangkan dengan meminta subjek mengingat kembali rencana-rencananya di waktu lalu dan yang ia inginkan di masa datang.

* Perdalam trance subjek anda dengan teknik-teknik yang anda kenali. Bisa dengan hitungan, hand levitation, memberikan tugas ganda, dan sebagainya.

* Arahkan subjek ke masa depan (tidak spesifik waktunya), biarkan subjek sendiri yang menentukan waktu yang ia inginkan.

* Bawa subjek ke waktu tertentu, kira-kira beberapa hari sebelum waktu yang ia pilih. Misalnya, ia memilih hari ulang tahunnya, anda membawanya ke beberapa hari sebelum hari ulang tahun itu.

* Sodorkan tantangan untuk memotivasi subjek dan kemudian hadapkan ia pada “kejutan” untuk memunculkan respons bawah sadarnya dalam mengatasi tantangan tersebut. Ini diikuti dengan pembahasan-pembahasan tentang perubahan yang bisa menyelesaikan masalahnya. Di sini terapis menyampaikan berbagai intervensi terapetik atau “resep” dalam mengatasi masalah tersebut.

* Bawa subjek ke situasi sekarang dan bangunkan dengan amnesia.

Catatan akhir:

Secara ringkas, anda menerapkan teknik pseudo-orientasi waktu dengan cara memberikan sugesti post-hypnotic untuk memunculkan serangkaian perilaku baru. Ini adalah perilaku baru yang berguna bagi subjek untuk mengatasi masalahnya. Kemudian proyeksikan ia ke masa depan dan mintalah subjek mengatasi situasi tertentu dengan perilaku barunya. Setelah itu bawa kembali subjek ke masa sekarang dan bangunkan dengan kondisi amnesia.

Untuk membawa subjek ke masa depan, anda bisa melakukannya dengan teknik yang simpel saja. Intinya, anda mensugesti subjek, dalam keadaan deep trance, untuk mengingat tanggal sekarang, menyampaikan bahwa detik, menit, dan jam berjalan, esok hari datang, dan hari ini menjadi kemarin. Dan saat hari-hari berlalu, minggu ini akan segera berlalu dan kemudian tiba-tiba bulan berganti. Tidak perlu tergesa-gesa dalam menerapkan teknik ini. Anda perlu akurat dalam menyampaikan pergantian waktu dari masa kini ke masa depan, dan sebaliknya ketika membawa subjek dari masa depan ke masa sekarang.

Mengenai tanggal tertentu di masa depan, kenapa sebaiknya subjek memilih sendiri tanggal tersebut? Karena tanggal pilihan hipnotis mungkin tidak tepat. Untuk itu, biarkan subjek menentukan sendiri tanggalnya. Tentu saja anda perlu mengembangkan pembicaraan dengan pasien sedemikian rupa sehingga ia mudah menemukan tanggal yang ia inginkan. Ketika tanggal mendatang itu tidak diketahui, anda bisa mensugesti subjek untuk melihat keluar melalui jendela. Saat ia melukiskan apa yang ia lihat di luar sana, secara tidak langsung itu akan mengingatkannya pada waktu tertentu, musim tertentu, dan sebuah lokasi tertentu.

Salah seorang subjek Erickson ketika diminta melihat ke luar jendela segera melukiskan situasi siang hari di waktu natal, ketika orang-orang sibuk berbelanja di kota kecil di pelosok. Begitulah, tanggal dan hari segera ditemukan.***

2 comments:

  1. agak ribet dibanding teknik Timeline, btw apa bisa pake selfhypno masbrow ?

    ReplyDelete
  2. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.cc

    ReplyDelete