| A.S. Laksana | Ketika anda mendalami hipnosis, memahami prinsip-prinsip bekerjanya, memahami karakteristik pikiran sadar dan bawah sadar (...

4 Hal yang Bisa Kita Lakukan untuk Membuat Subjek Trance

7:00 AM A.S. Laksana 0 Comments

| A.S. Laksana |

Ketika anda mendalami hipnosis, memahami prinsip-prinsip bekerjanya, memahami karakteristik pikiran sadar dan bawah sadar (setidaknya dalam pengertian yang lazim di kalangan para hipnotis), anda akan tahu bahwa sesungguhnya cukup mudah untuk membuat orang lelap dalam tidur hipnotiknya. Yang anda lakukan adalah mengusahakan agar pikiran sadar kewalahan dan tertidur pada puncak kelelahannya. Anda bisa memberi kejutan kepada pikiran sadar, atau memberinya tantangan, atau memfokuskan perhatian, atau membuatnya kebingungan. Mari kita bicarakan sedikit keempat hal tersebut.

Kejutan, misalnya, akan membuat pikiran sadar lumpuh sejenak dan kelumpuhan pikiran sadar itu akan membuat pikiran bawah sadar siap menerima sugesti apa pun. Dalam keseharian, sindiran adalah hal yang memberi kejutan pada pikiran sadar dan akan melumpuhkannya sejenak. Pembicaraan tentang hal yang tabu atau senggolan pada hal-hal yang orang tidak ingin membicarakannya juga akan memberikan efek kejut yang membuat pikiran sadar terlumpuhkan. Atau tepukan di pundak oleh orang yang tidak dikenal di sebuah keramaian?

Itu kejadian yang mungkin sering anda dengar, seseorang menggunakan kejutan untuk mengambil manfaat dari orang lain dan membuat orang yang ditepuk pundaknya tiba-tiba menuruti apa yang dimaui oleh si penepuk. Tunggu dulu! Menuruti apa saja kemauan si penepuk? Tentu saja tidak. Bahwa ia bisa menyerahkan sejumlah uang kepada penepuk pundaknya, itu karena membantu orang lain yang sedang membutuhkan adalah tindakan baik yang tidak bertentangan dengan prinsip moral yang diyakininya.

Yang sering terjadi adalah si penepuk kemudian akan menyampaikan kesulitannya dan ia berhasil membangkitkan respons “bersimpati” pada orang yang ditepuk sehingga orang itu rela “meminjamkan” uangnya kepada orang yang baru ia temui. Itu jika kita membicarakan urusan tepuk-menepuk pundak ini dari kacamata hipnosis. Kemungkinan lain yang juga diyakini banyak orang adalah si pelaku penepukan menggunakan ilmu sihir, atau lazim disebut gendam, dan itu tentu saja di luar lingkup pembicaraan kita.

Menyodorkan tantangan selalu merupakan teknik komunikasi yang efektif. Dalam keseharian, tantangan yang tepat bisa berfungsi optimal untuk mendorong seseorang melakukan sesuatu yang sebaliknya dari apa yang dikatakan oleh si penantang, demi membuktikan bahwa apa yang disampaikan oleh si penantang itu keliru. Di wilayah politik, lagi-lagi saya akan menyebut nama Gus Dur sebagai orang yang sangat cakap menyodorkan tantangan untuk mendorong pihak lain melakukan apa yang sebaliknya. Dalam pemilu terakhir, ketika orang ramai mempertanyakan kesiapan KPU untuk menyelenggarakan pemilu tepat waktu, Gus Dur melepaskan diri dari perdebatan itu dan dengan enteng ia membuat pernyataan, “Pemilu diundur saja, wong KPU-nya tidak siap.” Itu sebuah tantangan dan KPU termotivasi untuk membuktikan bahwa Gus Dur keliru. (Baca: Bagaimana Erickson Membalik Pola dan Menantang Pasiennya)

Sekarang, anda lihat, apa pun yang terjadi dengan KPU, pernyataan Gus Dur aman dari kesalahan. Jika pemilu diundur karena KPU benar-benar tidak siap, maka pernyataan itu benar. Jika KPU bisa membuktikan diri bahwa ia sanggup menyelenggarakan pemilu tepat waktu dan pemilu berlangsung beres, itu juga sesuatu yang dikehendaki semua warga. Jika KPU berupaya keras membuktikan bahwa Gus Dur keliru dan pemilu bisa berlangsung tepat waktu, dengan kekurangan di sana-sini, pernyataan Gus Dur juga benar: KPU tidak siap.

Saya kadang memanfaatkan pola tantangan semacam ini untuk berkomunikasi, misalnya, dengan anak saya. Meniru cara Erickson mendorong agar anaknya mau makan sayur bayam, saya menyampaikan kepada anak saya: “Sekarang kau sudah kelas satu SD, sudah bisa naik sepeda, sudah bisa membaca, jadi kupikir kau sudah cukup besar. Tetapi rupanya aku keliru karena kau ternyata belum cukup besar untuk makan sendiri.” Saat itu juga anak saya menjawab, “Aku sudah cukup besar,” dan ibunya tidak perlu lagi menyuapinya sebab ia “sudah cukup besar untuk makan sendiri.”

Untuk kepentingan induksi trance, memberikan tantangan demi tantangan yang tak mungkin bisa diselesaikan oleh pikiran sadar juga akan membuat seseorang frustrasi, sehingga tidur adalah pilihan yang paling menenteramkan ketika kesempatan untuk itu disodorkan. Pada saat itulah pikiran bawah sadar akan meneruskan pekerjaannya, tanpa hambatan pikiran sadar, untuk menyelesaikan tantangan demi tantangan itu. Dan tantangan yang membuahkan hasil terapetik adalah prosedur yang juga sering diterapkan oleh Erickson.

Teknik lain adalah memfokuskan perhatian subjek pada pengalaman-pengalaman internalnya, yang pelan-pelan akan membuat subjek tersebut kehilangan perhatian terhadap lingkungan eksternal. Ketika pengalaman internal itu melibatkan seluruh indera—visual, auditoris, dan kinestetik—maka ia akan menjadi semakin nyata dan subjek pada akhirnya akan tercerap ke sana dan melupakan sama sekali lingkungan sekelilingnya. Dengan cara ini subjek dirangsang untuk membangkitkan dalam dirinya serangkaian respons yang bisa berkembang menjadi trance. Salah satu prodedur yang lazim diterapkan orang adalah proses visualisasi, misalnya teknik induksi tiga kamar, di mana subjek diminta membayangkan tiga ruangan imajiner dan diminta memasuki ruangan-ruangan itu satu demi satu untuk membangkitkan sensasi tertentu sesuai dengan warna ruangan. Namun, dalam menerapkan teknik visualisasi, Erickson lebih menyukai penggunaan objek-objek visual yang berkaitan dengan pengalaman hidup subjek, dan bukan objek-objek fantasi berdasarkan buku teks.

Terakhir, membuat pikiran sadar kebingungan, kewalahan, dan frustrasi akan menjadi prosedur yang sangat efektif dalam induksi trance. Erickson menyebut Confusion Technique, yakni teknik induksi yang berangkat dari prinsip membikin bingung pikiran sadar, sebagai salah satu prosedur spesial dalam hipnosis. Ia spesial karena hipnosis bagaimanapun melibatkan upaya untuk membimbing subjek agar bisa menidurkan pikiran sadarnya.***

Bacaan terkait: Bagaimana Hipnotis Memanfaatkan Bawah Sadar Pasien

0 comments: