| A.S. Laksana | Bagi sejumlah orang, kecepatan menginduksi trance sering dijadikan tolok ukur kepiawaian seorang hipnotis. Bagi Milton Eri...

Berapa Lama Waktu yang Diperlukan untuk Induksi Trance?

7:00 AM A.S. Laksana 0 Comments

| A.S. Laksana |

Bagi sejumlah orang, kecepatan menginduksi trance sering dijadikan tolok ukur kepiawaian seorang hipnotis. Bagi Milton Erickson tidak demikian. Jika anda berminat menjadi hipnotis dan mempelajari cara-cara Erickson, anda tak akan menemukan apa yang disebut rapid induction atau teknk menidurkan orang secepat-cepatnya dalam Ericksonian Hypnosis.

Menurut Erickson, tak ada urusannya antara kecepatan menidurkan subjek dan kepiawaian seorang hipnotis. Dan saya kira hipnosis memang harus dibedakan dari perlombaan lari sprint. Menganggap kecepatan induksi trance sebagai bukti kepiawaian adalah sesat pikir yang mengekalkan pandangan bahwa hipnotislah, dan bukan subjek, yang memegang peranan dalam mewujudkan kondisi hipnotik. Individualitas subjek diabaikan di sini. Lalu terjadilah pukul rata bahwa waktu dua sampai lima menit sudah cukup untuk menidurkan subjek.

Kesalahkaprahan semacam itu kemudian diikuti dengan kekeliruan lain oleh si hipnotis yang mengharapkan subjek bisa sepenuhnya berubah, baik secara psikologis maupun fisiologis, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan rumit yang mustahil dilakukan dalam keadaan non-hipnotik. Tentang kecenderungan semacam ini, saya pernah menyaksikan seseorang yang ingin berhenti merokok disugesti bahwa asap rokok itu pahit dan akan membuat perutnya mual, dan ia akan muntah-muntah jika berani coba-coba mengisap rokok. Seketika itu juga, setelah si subjek dibangunkan, ia memang muntah-muntah saat diminta merokok. Persoalannya, seberapa berhasil prosedur semacam itu bisa membebaskan orang dari kecanduan terhadap rokok? Berapa lama sugesti itu bertahan?

Saya kira sugesti yang disampaikan oleh hipnotis di atas adalah sebuah “penipuan”. Setiap perokok, anda tahu, selalu menyadari bahwa ia sedang mengisap racun nikotin, dan mereka tetap melakukannya dengan senang hati sekalipun menyadari hal itu. Lebih dari itu, bertentangan dengan sugesti yang disampaikan, asap rokok tidaklah pahit bagi seorang pecandu rokok.

Jadi, dalam hal ini apa yang dilakukan oleh hipnotis yang saya saksikan itu sama belaka dengan pertunjukan panggung yang mensugesti orang untuk mabuk oleh air putih. Saat itu juga subjek memang sempoyongan meminum air putih, tetapi keadaannya akan kembali seperti semula pada saat pertunjukan berakhir. Jika sugesti “mabuk oleh air putih” itu berefek permanen, atau hipnotis bisa membuat sugesti itu berefek permanen sehingga subjek akan terus-menerus mabuk oleh air putih, maka ia layak melaporkan kepada aparat hukum bahwa si hipnotis telah melakukan tindak kriminal terhadapnya.

Melalui pengalaman panjangnya, dan dengan selalu menjunjung tinggi individualitas subjek, Erickson menyimpulkan bahwa waktu yang diperlukan oleh subjek untuk memasuki trance sangat bervariasi. Ia menyebutkan waktu sekitar 4 sampai 8 jam untuk menginduksi subjek yang baru pertama kali dihipnotis.

Tentu saja ia bisa dengan cepat menidurkan subjeknya. Bahkan ia bisa membuat orang trance ketika bersalaman dengannya, dan ia bisa menjelaskan bagaimana teknik bersalaman yang ia gunakan untuk membuat orang kebingungan dan memasuki trance. Waktu 4-8 jam yang ia sebutkan adalah waktu yang dibutuhkan untuk membuat subjeknya menata ulang proses perilaku sebagaimana yang direncanakan dalam pekerjaan hipnotik, baik untuk kepentingan eksperimental maupun klinis.***

0 comments: