| A.S. Laksana | Kenapa Milton Erickson meninggalkan sugesti langsung dan memelopori penggunaan sugesti tak langsung untuk menghipnotis pasi...

Hipnosis yang Nyaman Bagi Klien

7:00 AM A.S. Laksana 0 Comments

| A.S. Laksana |

Kenapa Milton Erickson meninggalkan sugesti langsung dan memelopori penggunaan sugesti tak langsung untuk menghipnotis pasiennya?

Dalam pandangan Erickson, sugesti langsung pada tingkat tertentu menyiratkan suatu anggapan naif bahwa subjek, dalam kondisi trance, akan secara pasif melakukan apa saja yang disugestikan oleh hipnotis. Ini praktek yang tidak menguntungkan bagi hipnosis. Bagaimanapun, orang tidak nyaman membayangkan dirinya kehilangan kendali atas diri sendiri dan menyerahkannya begitu saja kepada instruksi atau perintah orang lain.

Saya kira film-film ikut menyumbangkan gambaran mengerikan tentang hipnosis melalui adegan di mana seseorang bisa menguasai dan mengendalikan sepenuhnya pikiran orang lain. Begitupun efek yang dimunculkan oleh pertunjukan hipnosis panggung. Dalam beberapa hal, hipnosis panggung ikut menanamkan kesan di benak penonton tentang betapa berkuasanya sang hipnotis atas subjek yang digarapnya: dia bisa menjadikan sekumpulan orang tampak seperti sekawanan ternak yang bisa diarah-arahkan semau dia.

Dan saya setuju jika anda berpendapat bahwa hipnosis sungguh amat mengerikan seandainya ia benar-benar bisa menempatkan orang lain dalam posisi tanpa pertahanan diri sama sekali. Tetapi, anda tahu, hipnosis bukan seperti itu dan trance adalah sebuah pengalaman personal yang menarik. Salah seorang yang sangat cakap dalam mengelola dan memanfaatkan trance hipnotik adalah Gus Dur. Ia bisa sembarang waktu membuat dirinya memasuki trance: Gus Dur bisa menidurkan pikiran sadarnya--begitu lelap--atas kemauannya sendiri. Dalam keadaan tidur itu ia menangkap dengan jernih omongan orang. Dan ia sering “mempertunjukkan kecakapan” tersebut di seminar-seminar di mana ia menjadi pembicara. Pada sesi tanya jawab, Gus Dur sering tidur saja ketika para peserta seminar mengajukan pertanyaan, dan ketika ia terbangun, ia bisa menjawab dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya.

Kembali ke soal sugesti tidak langsung, satu hal yang patut diingat adalah fakta bahwa perilaku yang sesuai sugesti sebenarnya adalah respons subjektif hasil olahan si subjek atau pasien. Sugesti tak langsung model Milton Erickson bekerja dengan memanfaatkan serangkaian pengalaman hidup yang berbeda dan wawasan yang didapatkan oleh masing-masing orang dari seluruh rentetan pengalaman mereka itu.

Anda tahu, sebuah stimulan yang sama bisa melahirkan respons yang berbeda-beda pada setiap orang. Sebuah lagu tertentu, misalnya, bisa membangkitkan perasaan bahagia pada satu orang dan bisa merangsang kemurungan pada orang lain. Atau anda bisa menyampaikan satu cerita kepada sepuluh orang, dan anda akan mendapatkan sepuluh kesimpulan, atau sepuluh hikmah, yang masing-masing berbeda menurut kerangka pemahaman setiap orang yang mendengar cerita tersebut. Setiap orang akan mencari dan menemukan sendiri kesimpulan yang paling berdekatan dengan pengalaman dirinya.

Karena itu, dalam pendekatan tak langsung, esensi sugesti bukan terletak pada apa yang dikatakan oleh terapis, melainkan apa yang dilakukan oleh si pasien ketika ia mendengarkan kata-kata itu. Inilah yang membedakannya dari pendekatan sugesti langsung, yang menganggap pasien adalah makhluk pasif ketika ia dalam keadaan trance. Dalam sugesti langsung, karena mengasumsikan bahwa pasien adalah pasif, maka hal yang esensial di sana adalah apa yang dikatakan oleh terapis. Dengan kata lain, sugesti yang disampaikan oleh terapis adalah sumber bagi kesembuhan si pasien.

Dalam terapi yang menerapkan pendekatan tak langsung, kata-kata terapis berfungsi untuk membangkitkan respons-respons internal yang kompleks dalam diri pasien. Respons internal inilah yang menjadi landasan bagi sugesti. Sugesti tak langsung tidak mengatakan kepada pasien apa yang harus dilakukan; ia lebih bersifat menggali dan memfasilitasi apa yang bisa dilakukan oleh sistem respons pasien di tingkat otonom tanpa campur tangan pikiran sadar. Dalam hal ini pasien menemukan sendiri solusi bagi permasalahannya. Sugesti hanya menjadi alat perangsang bagi pasien untuk menemukan sendiri seluruh sumberdaya yang paling tepat baginya untuk mengatasi masalah yang dia hadapi.

Kesimpulan yang demikian ini bersesuaian dengan keyakinan Erickson bahwa setiap orang sesungguhnya sudah menyimpan seluruh pengetahuan, yang ia dapat dari pengalaman hidupnya, dan dari sanalah ia akan menemukan sumberdaya yang memadai bagi dirinya sendiri untuk berfungsi optimum. Dan pasien akan merasa nyaman dengan itu sebab tidak dipaksa untuk menerima dan meyakini sesuatu yang sama sekali asing bagi dirinya.***

0 comments: