| A.S. Laksana | Di musim gugur 1923, seorang mahasiswa psikologi yang sangat tertarik pada hipnosis meminta Milton Erickson bekerja sam...

Bagaimana Seorang Aktor Mengelabui Milton Erickson

9:11 PM A.S. Laksana 1 Comments

| A.S. Laksana |

Di musim gugur 1923, seorang mahasiswa psikologi yang sangat tertarik pada hipnosis meminta Milton Erickson bekerja sama dengannya dalam studi khusus. Kata si mahasiswa, proyek ini dimaksudkan untuk mengamati persamaan dan perbedaan perilaku somnambulistik pada sejumlah subjek dalam menampilkan berbagai fenomena hipnotik. Untuk itu sejumlah subjek yang tertarik bergabung dalam proyeknya ia latih untuk mengembangkan trance somnambulistik. Erickson menerima tawaran si mahasiswa.

Pada waktu yang ditetapkan, mahasiswa itu memperkenalkan kepada Erickson seorang subjek relawan, yang dipilih dari pelatihan yang ia adakan sebelumya bersama sejumlah subjek. Subjek yang diperkenalkan ini adalah mahasiswa sastra tahun ketiga; ia tampak cerdas dan cepat paham. Sesaat sebelum Erickson melakukan induksi, si mahasiswa psikologi menyerahkan kepadanya sebuah amplop tertutup. “Bacalah nanti saja,” kata mahasiswa itu, “setelah sesi berakhir.”

Si subjek sungguh kompeten; ia bisa mengerjakan serangkaian tugas yang diberikan oleh Erickson. Terakhir, atas permintaan si mahasiswa psikologi, Erickson meminta si subjek menulis tiga kalimat pendek berkaitan dengan masa kecilnya. Kertas itu kemudian dilipat dan disimpan dalam sebuah buku. Tulisan itu nanti akan dijadikan alat untuk menguji amnesia hipnotik dan untuk memulihkan secara hipnotik ingatan-ingatan yang sejauh ini ditekan.

Setelah sesi berakhir, mereka membicarakan fenomena hipnotik secara umum dan perilaku subjek hipnotik secara khusus. Subjek mencoba berpartisipasi tetapi gagal karena amnesia hipnotik. Akhirnya si mahasiswa psikologi mengajukan pertanyaan apakah orang bisa berpura-pura trance, dan apakah perilaku trance akan sulit ditiru oleh orang yang berpura-pura trance. Erickson menjawab pertanyaan tersebut dengan menjelaskan pandangannya tentang trance. Dan, anda tahu, sekali itu ia terjerumus.

Mahasiswa psikologi itu meminta Erickson membuka isi amplop yang tadi diberikannya sebelum percobaan dimulai. Erickson membuka dan membaca tulisan di dalamnya, yang ditandatangani oleh subjek. Bunyinya: “Malam ini aku akan membuat pertunjukan palsu tentang tindakan-tindakan hipnotik yang kausugestikan kepadaku, dan aku akan berpura-pura menulis secara otomatis tiga kalimat singkat tentang masa kecilku yang akan terbaca sebagai berikut....”—kalimat-kalimat itu tidak dilampirkan di sini. Ketika dicocokkan, kalimat-kalimat itu sama persis dengan 3 kalimat dalam kertas automatic writing yang tadi dilipat.

Beberapa pertanyaan kemudian diajukan kepada subjek oleh si mahasiswa psikologi. Dan tanya jawab mereka membuktikan secara telak bahwa Erickson telah dikelabui.

Selanjutnya mahasiswa psikologi itu menjelaskan bahwa ia sesungguhnya telah menginstruksikan kepada subjek, yang rupanya adalah aktor berpengalaman, untuk mempelajari perilaku hipnotik somnambulistik dan menirukannya. Aktor itu benar-benar orang yang tepat, dan ia sendiri tertarik pada proyek ini karena memberinya kesempatan istimewa untuk mengembangkan akting.

Ketika aktor itu bisa membawakan aktingnya secara meyakinkan, si mahasiswa psikologi kemudian menawarinya eksperimen untuk berpura-pura trance saat dihipnotis oleh Erickson. Percobaan ini, jika berhasil, akan diikuti nantinya dengan studi eksperimental tentang hipnosis nyata dan pura-pura.

Mendengar itu semua, Erickson mengatakan bahwa setelah eksperimen tersebut ia sekarang menjadi sangat peka sehingga akan bisa membedakan mana yang pura-pura dan mana yang nyata. Lalu ia menawarkan studi lanjutan untuk menjawab pertanyaan berikutnya. Yakni, jika operator bisa dikelabui, bisakah “subjek” dikelabui?

Pembicaraan mengenai hal ini memunculkan gagasan untuk melakukan percobaan lanjutan dengan satu lagi aktor berpengalaman. Mereka berdua, baik mahasiswa psikologi maupun sang aktor, akan melatih subjek lain itu dengan tujuan utama untuk mengelabui Erickson. Dan Erickson, yang kini sadar betul akan situasinya, nanti akan membuat subjek mengakhiri kepura-puraan tanpa mereka ketahui. “Bagaimana ini nanti berlangsung, itu urusanku,” kata Erickson. “Urusan kalian adalah melatih aktor.”

Aktor kedua, yang hendak dilibatkan dalam eksperimen lanjutan, juga kompeten. Ia bisa bersin berulang-ulang, batuk, tersedak, muntah-muntah, menangis, menggeretakkan gigi, dan sebagainya sebagaimana yang dia kehendaki. Kepada aktor ini, Erickson mengatakan bahwa ia sangat berpengalaman dalam hipnosis dan bahwa tujuan eksperimen ini bukanlah sekadar untuk membohongi operator tetapi juga merupakan langkah serius untuk mencari persamaan dan perbedaan antara perilaku sadar dan hipnotik. Si aktor paham dan melihat eksperimen ini sekaligus sebagai peluang untuk mempelajari sesuatu yang memperkaya akting.

Sebelum eksperimen dimulai, Erickson pura-pura memilih secara acak siapa di antara kedua aktor itu, sebut saja aktor A dan aktor B, yang akan dihipnotis pada giliran pertama. Ia melempar koin untuk menunjukkan pilihan acaknya dan mengumumkan pembacaannya atas lemparan koin tersebut: giliran pertama jatuh pada aktor kedua, yakni si B. Ia akan dihipnotis lebih dulu.

Kepada aktor B, Erickson memberikan penjelasan awal bahwa ia harus berpura-pura trance saat diinduksi. Sementara aktor A diberi instruksi sangat rinci agar memperhatikan induksi trance yang diberikan kepada aktor B—termasuk memperhatikan respons hipnotiknya. “Dengan demikian mungkin kau bisa belajar lebih cepat dan efektif bagaimana cara menjadi trance, bahkan mungkin memasuki deep trance tanpa diduga-duga.

Pernyataan terakhir (yang dicetak miring) itu disampaikan oleh Erickson secara impresif, pelan-pelan, sambil ia memandangi kedua aktor itu berganti-ganti. Mahasiswa psikologi dan aktor A cenderung tidak memperhatikan makna pernyataan itu karena mereka sudah tahu dari awal untuk apa eksperimen lanjutan ini diadakan. Aktor B terkesan oleh kalimat terakhir itu tetapi ia berasumsi bahwa kalimat itu hanya penting bagi aktor A (karena ditujukan kepada A). Ia tidak menganggap itu ditujukan kepadanya.

Jadi, kedua aktor itu telah mendengarkan sugesti penting, tetapi sama-sama beranggapan bahwa itu tidak ditujukan kepada mereka. Kemudian, Erickson memulai induksi dengan teknik fiksasi mata dan sugesti untuk menutup mata. Selanjutnya ia meminta si “subjek” untuk berpura-pura atau menirukan perilaku somnambulistik. Ia bilang kepada aktor itu, mungkin somnambulistik pura-pura itu tidak sama persis dengan somnambulistik yang sesungguhnya, namun bagaimanapun akan sangat sulit bagi si “subjek” untuk membedakan mana yang pura-pura dan mana yang sesungguhnya.

Akhirnya, melalui penjelasan panjang dan rinci, Erickson menyampaikan kepada aktor B bahwa ia akan memintanya melakukan penulisan otomatis. Dan tanpa diduga oleh mahasiswa psikologi maupun aktor A, yang sedang memperhatikan aktor B, Erickson langsung melibatkan aktor A ke dalam tugas tersebut. Kepada keduanya, Erickson memberi tahu bahwa ia akan meminta mereka berjalan pelan-pelan di ruangan eksperimen itu dan duduk tegak di kursi dalam posisi saling berhadapan, dibatasi meja. Di hadapan mereka ada pensil dan kertas. Mereka akan duduk dan meraih pensil di depan mereka, dan menempatkan tangan mereka dalam posisi siap menulis. Dan mereka akan saling memandang.

Catatan penting bagi keduanya adalah bahwa mereka akan berjalan menuju meja dalam gerak yang sama, mengangkat pensil dalam gerak yang sama—semuanya berlangsung pelan-pelan, tanpa diniatkan, dan dalam gerak yang sama. Erickson sama sekali tidak menyebut-nyebut bahwa aktor A sedang memasuki situasi hipnosis, dan Erickson bahkan sama sekali tidak memperhatikan aktor A maupun mahasiswa psikologi.

Saat mereka berdua duduk dalam gerak pelan-pelan di kursi mereka, meraih pensil, dan meletakkan tangan mereka seperti yang diinstruksikan, Erickson menyampaikan sugesti bahwa ia membentangkan layar pembatas di antara keduanya. Ia menjelaskan kepada mereka bahwa layar itu hanya memungkinkan bagi mereka untuk saling melihat mata, tetapi mereka tidak bisa melihat tangan atau bagian-bagian lain orang yang ada di depan mereka. Maka, saat mereka terus-menerus saling memandang mata masing-masing, mereka menulis dalam gerak yang sama, dengan kecepatan tidak lebih dari satu huruf setiap tiga sampai lima detik sampai mereka menyelesaikan satu kalimat singkat, sangat singkat, tentang satu kejadian yang terlupakan di bulan Oktober 1917. Ketika mereka selesai menulis apa yang diinstruksikan, mereka pelan-pelan kembali menempatkan tangan mereka seperti semula sambil tetap memegang pensil. Dan mereka terus saling memandangi mata masing-masing.

Setelah memberikan instruksi itu, Erickson hanya menunggu. Lima belas menit kemudian, mereka mengerjakan apa yang diinstruksikan. Aktor A menyelesaikannya dalam lima menit. Lalu aktor B mengerjakan tugasnya, mula-mula dengan gerak ragu-ragu dan gerakan tangannya lebih pelan ketimbang gerak aktor A, tetapi kemudian ia tampak semakin nyaman.

Selanjutnya mereka diminta bangkit pelan-pelan, dan tetap saling memandangi. Lalu membalikkan tubuh dan berjalan dalam gerak yang sama ke sisi utara ruangan, di mana mereka akan menjumpai lingkaran kapur di lantai. Mereka akan berdiri berhadapan di sisi yang saling berseberangan di tepi lingkaran kapur itu. Dan begitu mereka sampai di lingkaran kapur itu, Erickson mengatakan, “Sekarang, A dan B, teruslah saling memandangi, tetapi saat kalian melakukan itu, masing-masing kalian akan saling bertukar identitas dan kepribadian. Ini akan berlangsung sejak aku mulai menyampaikan instruksi dan akan selesai prosesnya ketika aku menyelesaikan kalimatku.”

Erickson berhenti beberapa saat.

“Sekarang pertahankan keadaan ini. Aku akan meninggalkan ruangan lima menit, dan selagi aku pergi, kalian akan terus mempertahankan keadaan ini dan kalian akan tetap seperti ini saat aku datang sampai aku memberi perintah lain dan semua perintah itu tentu saja akan kalian jalankan.

Erickson meninggalkan ruangan, diam-diam menyimpan hasil penulisan otomatis mereka ke dalam dompet.

Pada saat Erickson meninggalkan ruangan, si mahasiswa psikologi, sebagaimana pengakuannya nanti kepada Erickson, merasa penasaran. Ia memperhatikan secara cermat apa yang terjadi pada kedua aktornya. Da ia terkejut sekali bahwa kedua aktor itu benar-benar dalam keadaan deep trance dan betul-betul mematuhi Erickson. Ia mencoba menggunakan waktu lima menit ketika Erickson tidak ada di dalam ruangan untuk berhubungan dengan mereka, tetapi sia-sia.

Erickson masuk lima menit kemudian (ia memang sengaja keluar untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa psikologi agar memeriksa keadaan kedua aktornya), ia mengatakan kepada kedua subjeknya, “Kawanku ini sekarang akan meminta salah satu dari kalian untuk bangun dari keadaan kalian. Kalian akan mendengar permintaannya saat ia menyampaikan sesuatu kepada salah satu dari kalian, dan hanya salah satu dari kalian yang akan bangun.”

Kepada mahasiswa psikologi, Erickson menyerahkan catatan untuk dibacakan. Mahasiswa itu membaca catatan tersebut, “Aku bicara kepadamu dan kuminta kau bangun sekarang, aktor B.”

Aktor A bangun dan kelihatan bingung. Si mahasiswa sangat terkejut.

“Apakah ada yang ingin kausampaikan atau kautanyakan?” tanya Erickson kepada aktor A yang kelihatan sangat bingung.

“Ya! Bagaimana ia bisa mengenakan pakaianku?” tanya aktor A sambil menunjuk aktor B. Dan ia mengamati dirinya sendiri. Lanjutnya, “Dan bagaimana aku bisa mengenakan pakaiannya? Bukan pakaian yang buruk, tapi aku tidak menginginkannya.”

Erickson memintanya melepaskan jaket itu dan meletakkannya di kursi dan menjelaskan bagaimana perasaannya. Ia menjawab singkat bahwa ia bingung menjelaskan pikirannya. Matanya berganti-ganti memandangi temannya, jaket di kursi, dan celana yang ia kenakan. Ia tampak tidak bisa memikirkan hal-hal lainnya.

Subjek kedua lalu dibangunkan dengan mula-mula menyentuh tangannya. Kata Erickson, “Aku memintamu segera bangun. Kuulangi lagi, aku sendiri akan memintamu bangun. Bangunlah sekarang!” Segera Si A gadungan bangun dan memandang bingung ke Erickson. Temannya menanyakan, “Kenapa kau mengenakan pakaianku, Bung?”

Tetapi tak ada jawaban.

Jelas sudah bahwa Si A gadungan hanya berada dalam kodisi terhubung dengan Erickson dan ia hanya secara pasif menunggu perintah dari Erickson. Dalam situasi seperti itu, Erickson melirik jaket di kursi. Subjek melirik ke arah jaket itu juga, wajahnya memperlihatkan kebingungan, ia melihat jaket yang ia kenakan, melihat lagi jaket di kursi, kemudian seperti teringat sesuatu, ia melirik celana yang ia kenakan. Erickson hanya diam pada saat itu. Dalam keadaan bingung subjek memandang berkeliling, memperhatikan kursi dan lingkaran kapur, tetapi tetap tidak melihat kehadiran orang lain.

Kemudian Erickson melakukan berbagai manipulasi. Ia menyingkirkan amnesia pada salah satu, mengembalikannya lagi, mensugesti untuk mengoreksi identitas salah satu tetapi tidak yang lain, kemudian membalikkannya lagi sampai kedua aktor dan si mahasiswa psikologi tidak sangsi lagi bahwa kedua aktor itu benar-benar dalam kondisi hipnotik. Tetapi yang terutama membingungkan bagi A dan B adalah mereka masing-masing memiliki ingatan tentang trance, bertukar identitas, mengingat kebingungan mereka ketika mereka mengenakan pakaian orang lain, dan ketidakmampuan mereka mengingat kapan atau bagaimana mereka mulai memasuki trance. Mereka juga tahu betapa mudahnya Erickson mensugestikan amnesia kepada mereka masing-masing.

Akhirnya, Erickson menanyai mereka secara terpisah (ia meminta salah satu keluar ruangan ketika bertanya ke temannya) tentang kapan mereka pertama kali mulai memasuki trance. Keduanya, setelah mengingat-ingat beberapa lama, membuat mengatakan bahwa terakhir kali mereka sadar adalah ketika mendengar sugesti “jalan dalam gerak yang sama dan duduk di kursi dan saling pandang satu sama lain.” Setelah itu, tak ada yang bisa mereka ingat. Mereka bahkan tidak ingat tentang penulisan otomatis yang mereka lakukan. Dan mereka ingin mencoba ketika hal itu ditawarkan lagi.

Erickson kemudian mengatur kursi, meminta mereka duduk, dan memberi instruksi, “Ambillah tiga kata entah dari mana yang kau tidak bisa mengingatnya dan tulislah begitu saja.” Pernyataan ini disampaikan dengan penuh tekanan. Keduanya mengikuti perintah, dengan muka bingung, dan salah seorang menulis, “Saya berenang dingin” sementara yang lain menulis “Polisi menangkap saya.”

Ketika Erickson menanyakannya, juga si mahasiswa psikologi, mereka gagal mengungkap arti kata-kata itu. Yang satu menulis bahwa ia ditangkap polisi, yang lain mengatakan bahwa ia terlalu banyak berenang sehingga kedinginan, tetapi di luar itu tidak ada makna lain apa pun. Mereka sendiri bingung dengan apa yang mereka tulis. Erickson kemudian menyerahkan kepada mereka apa yang mereka tulis pertama kali sambil mengatakan, “Ingat-ingat!”

Kedua terkejut. Mula-mula mereka teringat pengalaman mereka. Yang satu jatuh dari perahu dan berenang ke pantai, yang lain ditangkap polisi karena lelucon yang ia lakukan di perayaan Halloween. Kemudian mereka ingat itu terjadi bulan Oktober 1917, dan mereka memperhatikan tulisan otomatis itu benar-benar seperti tulisan anak-anak, tidak seperti tulisan mereka.

Dari sekian aspek petang itu, yang banyak dibahas adalah bagaimana mereka memasuki trance. B tampak kecewa mendapati dirinya berhasil dikelabui Erickson dan penasaran apakah A berhasil mengelabui Erickson. A hanya dapat mengungkapkan keterkejutannya bahwa ia secara tidak langsung telah terhipnotis, tetapi ia tidak bisa menyampaikan bagaimana itu terjadi. Erickson memberi tahu mereka bahwa ia akan menjelaskan yang ia lakukan, langkah demi langkah, sebelum ia ke laboratorium. Jika penjelasan itu menurut mereka keliru, mereka akan mengatakan di mana kelirunya. Jika yang disampaikan itu benar, atau kira-kira seperti itu, mereka akan merasakan kebenaran itu sebagaimana yang sudah disampaikan.

Penjelasan Erickson itu sebagai berikut: “Sementara B berpura-pura trance, yang ia lakukan untuk mengelabuiku, mungkin ia bertanya-tanya apakah aku akan mengelabui A. Tidak diragukan lagi bahwa ia menduga aku melakukannya. Pelemparan uang logam itu ia pikir pasti hanya pura-pura untuk memutuskan siapa yang menjadi subjek. Tapi hanya aku yang tahu soal ini. Pada saat yang sama A juga pasti bertanya-tanya hal yang sama. Dalam hai ini, B sangat serius untuk menunjukkan kinerja terbaik yang bisa ia tampilkan. Tentu saja A tahu bahwa aku mungkin membuat rencana khusus untuk mengelabui B, meskipun B meyakini bahwa ia sedang menipuku. Rencana khusus ini tentu saja melibatkan hipnosis. A tidak tahu apakah hipnosis sedang mempengaruhinya atau mempengaruhi B atau keduanya, tapi ia terus penasaran.

“Namun, aku tidak meminta apa pun dari A kecuali partisipasi dalam penulisan otomatis. Mereka kuminta jalan bersama-sama, duduk serempak, mengambil pensil, dan sebagainya, semua sama-sama. Ini bukan permintaan untuk menipu, tetapi permintaan jenis lain dari apa yang telah diperagakan sebelumnya oleh A atau B. Dalam menanggapi permintaan tersebut, A sibuk memikirkan bahwa mungkin ada hipnosis yang ditujukan kepadanya dan mungkin juga kepada B. Sementara itu B tidak menganggap harus melakukan penipuan dalam menjalankan perintah itu. Jadi ia harus bertindak berbeda, tapi bagaimana? Mereka hanya akan saling memandang mata masing-masing, dan ini selanjutnya ditekankan dengan membatasi cakupan visual mereka. Mereka sedang dimanipulasi dan tak berdaya sama sekali.

“Instruksi menulis diberikan kepada mereka dengan tujuan untuk menciptakan situasi menulis yang baru sama sekali, di mana mereka menulis pelahan-lahan, susah payah, seperti yang terjadi di masa lampau mereka. Situasi yang sangat memaksa mereka untuk bekerja sama, tetapi mereka tidak bisa menentukan sendiri dengan cara bagaimana mereka bekerja sama. Instruksi tentang menulis itu dimaksudkan untuk membangkitkan pola tulisan masa kanak-kanak yang pada gilirannya akan membangkitkan regresi.

“Aku mengambil tahun 1917, sesuai dengan bulan sekarang ini (berlangsungnya sesi itu), dan bulan Oktober karena mungkin ada kenangan masa kanak-kanak tentang Halloween yang tidak segera disadari oleh orang dewasa. Menunggu di meja memberi mereka kesempatan untuk menanggapi situasi hipnosis tanpa penipuan, karena baik A maupun B tidak bisa sepenuhnya yakin akan dirinya sendiri atau temannya. Mereka telah melihat situasi hipnosis somnambulistik, dan mereka mendapati diri mereka dalam situasi bisa mengelabui atau memanipulasi. Sekarang ini akulah yang memegang kendali atas semuanya. Baik A maupun B berada dalam keterikatan psikologis satu sama lain karena salah satu harus melakukan seperti yang dilakukan yang lain. Merek tidak bisa bertindak semaunya sendiri. Keduanya bisa menduga bahwa yang lain terhipnotis. Tidak satu pun dari mereka punya kesempatan untuk mengelabui.

”Kemudian mereka ditempatkan pada lingkaran kapur, yang sebelumnya tidak mereka sadari, berjalan bersama-sama, menatap satu sama lain. ‘Mempertahankan situasi ini’ tentunya tidak dianggap sebagai perintah hipnotis, tapi secara definitif jelas merupakan kelanjutan dari perintah hipnosis--jika ada. Perintah itu sendiri akan berfungsi menghilangkan keraguan atau ketidakpastian mereka tentang hipnosis.

”Setelah itu, semuanya akan menjadi isyarat post-hypnotic, karena perintah itu pasti terkait dengan kondisi mental, bukan sekadar posisi fisik di lingkaran kapur. Upaya mengamankan hasil tulisan otomatis tetap kulakukan ketika mereka dalam situasi sadar, yakni dengan meminta mereka terus melakukan hal yang sama. Itu mencegah ingatan mereka terhadap situasi hipnosis. Dan mereka tidak diperintahkan untuk menulis tetapi untuk ‘mengambil tiga kata entah dari mana yang kau tidak bisa mengingatnya’. Dalam instruksi 'hanya mengambil' itu ada implikasi bahwa kata-kata tersebut sudah ada di sana, 'entah dari mana yang kau tidak bisa mengingatnya." Yah, ‘entah dari mana’ adalah amnesia hipnotis dan karena itu penulisan otomatis jadi terlupakan. Ingatan mereka hanya akan sampai pada kursi di mana mereka duduk. Sisanya menjadi ‘entah di mana yang kau tidak bisa mengingatnya’. Itu tidak akan dipahami dalam keadaan sadar tapi mudah dilakukan dalam keadaan trance.”

1 comment:

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.cc

    ReplyDelete