| A.S. Laksana | Baru-baru ini seseorang menanyakan, melalui sms, bagaimana cara termudah untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Erickson. ...

Menganalisa dan Memahami Erickson Bekerja

4:15 PM A.S. Laksana 1 Comments

| A.S. Laksana |

Baru-baru ini seseorang menanyakan, melalui sms, bagaimana cara termudah untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Erickson. Saya jawab pendek saja, “Meniru apa yang ia lakukan.” Namun jawaban pendek itu memiliki konsekuensi yang panjang dalam benak saya. Pertanyaan tersebut dan jawaban singkat yang saya berikan telah mendorong saya untuk berpikir lebih serius, mempertimbangkan lebih cermat, dan menyampaikan sesuatu yang bisa dipertanggungjawabkan menyangkut proses pembelajaran.

Jika anda benar-benar berkeinginan meniru cara Erickson melakukan apa yang ia lakukan, maka yang anda lakukan pertama-tama adalah memahami kenapa ia menyampaikan kalimat-kalimat atau sugesti seperti itu. Apa pesan terselubung yang ia sampaikan? Respons apa yang ia kehendaki dari subjek? Bagaimana cara ia membuat subjek mengikuti sugesti-sugestinya?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, mau tidak mau anda harus melakukan analisa atas serangkaian sugesti yang Erickson sampaikan dalam sesi hipnosisnya dengan subjek. Di bawah ini adalah contoh analisa saya terhadap kalimat-kalimat yang disampaikan oleh Erickson kepada subjeknya di tahap-tahap awal induksi trance. Subjek ini tidak memiliki pengalaman dengan hipnosis sebelumnya.

Subjek duduk di kursinya. Erickson menyadarkan subjek itu tentang situasi di sekelilingnya, kadang ia akan menyebutkan benda apa saja yang ada di ruangan. Di bawah ini ia hanya menyebut satu benda.

Lihat salah satu sudut atas gambar itu.
Sudut atas gambar itu.
Sekarang aku akan bicara padamu.
(Pause beberapa saat)

Itu adalah cara tidak langsung untuk meminta subjek memusatkan perhatian karena ia akan bicara. Pada saat mengatakan kalimat tersebut, meskipun Erickson tidak melihat wajah subjek, ia akan mengikuti perubahan-perubahan dalam mimik muka, regangan otot di seluruh tubuh, tarikan dan hembusan nafas subjeknya. Mencermati perubahan-perubahan tanpa melihat langsung kepada subjek, itu mudah ia lakukan karena jam terbang. Setelah memfokuskan perhatian subjek, maka mulailah ia menyiapkan pembelajaran awal.

Ketika kau pertama kali masuk taman kanak-kanak, sekolah dasar,
urusan mempelajari huruf-huruf dan angka tampak sebagai urusan besar.

Mempersiapkan pembelajaran di awal induksi ini selalu dilakukan oleh Erickson, terutama kepada subjek-subjek yang belum memiliki pengalaman dengan hipnosis. Ia bicara tentang pengetahuan yang sudah dimiliki oleh subjek. Itu seperti ia mengatakan, “Mempelajari sesuatu yang baru pasti memerlukan upaya keras, tetapi kau sudah pernah melakukannya dan kau berhasil. Sekarang gunakan pengetahuanmu untuk belajar memasuki kondisi trance.”

Bagaimana mengenali huruf A
Membedakan huruf Q dan O sangat, sangat sulit.
Dan mendapati bahwa tulisan tangan dan huruf cetakan sangat berbeda.
Tapi kau belajar membentuk gambaran mental tentang itu semua.
Kau tidak menyadarinya saat itu, tapi itu gambaran mental yang permanen.

Dalam serangkaian sugesti di atas, Erickson menggunakan truisme, serangkaian sugesti yang kebenarannya sudah jelas. Truisme adalah dasar sugesti hipnotik. Prinsip Erickson dalam penggunaan truisme adalah bahwa sugesti selalu diberikan dalam bentuk yang bisa diterima secara mudah oleh subjek, sehingga subjek tidak mungkin mendebatnya.

Dan kemudian pada pelajaran tatabahasa, kau membentuk gambaran mental yang lain tentang kata-kata atau gambar-gambar kalimat.
Kau mengembangkan semakin banyak gambaran mental tanpa tahu bahwa kau sedang mengembangkan gambaran mental.
Dan kau bisa mengingat semua gambaran itu.
(Pause beberapa saat)

Jika hipnoterapis lain memusatkan perhatian subjek dengan meminta subjek memandang satu titik tertentu, Erickson lebih suka membawa subjeknya berfokus pada gambaran mental. “Lebih mudah berurusan dengan gambaran di benak orang,” katanya. “Ada banyak gambaran dalam benak. Orang bisa dengan mudah tergelincir dari satu gambaran mental ke gambaran lainnya selagi ia diam di tempatnya.” Pada saat subjek sudah asyik masyuk dengan gambaran mentalnya, mulailah ia menyodorkan gagasan tentang peralihan situasi.

Oke, sekarang kau bisa pergi ke mana pun yang kauinginkan, dan membawa dirimu sendiri ke situasi apa pun yang kaukehendaki.
Kau bisa merasakan air
Kau mungkin ingin berenang di dalamnya.
(Pause beberapa saat)
Kau bisa melakukan apa pun yang kauinginkan.

Sugesti di atas terdengar seolah-olah ia memberikan kebebasan mutlak kepada subjek untuk memilih apa pun yang ia kehendaki, tetapi sesungguhnya ia mengarahkannya ke “air”. Lebih dari itu, hal lain yang penting adalah ia mulai memperkenalkan peralihan situasi (altered state atau kondisi hipnotik) tanpa bisa dikenali oleh pikiran sadar. Kemudian ia menyusulinya dengan sugesti-sugesti untuk memunculkan bawah sadar dan menon-aktifkan pikiran sadar.

Kau bahkan tidak harus mendengarkan suaraku
karena bawah sadarmu akan mendengarnya.
Bawah sadarmu bisa mencoba apa saja yang ia kehendaki.
Tetapi pikiran sadarmu tidak akan melakukan hal penting apa pun.

Memfokuskan perhatian subjek pada gambaran mental adalah cara cerdik Erickson untuk menyelinapkan sugesti-sugestinya ke pikiran bawah sadar. Keika pikiran sadar terfokus pada gambaran mental, ia tidak terlalu memperhatikan apa-apa yang dikatakan oleh Erickson. “Dengan cara itu, pikiran sadar tidak mengganggu jalannya komunikasi dengan pikiran bawah sadar,” katanya. Begitulah, dengan cara mengikat perhatian pikiran sadar pada keasyikan menikmati gambaran-gambaran mental yang sengaja dimunculkan sejak awal, Erickson melakukan “pekerjaan terselubung” untuk menyusupkan sugesti-sugesti ke pikiran bawah sadar. Dalam sesi contoh ini, setelah memunculkan bawah sadar, ia melanjutkannya dengan sugesti untuk makin menyempitkan respons: hanya fokus pada respons kelopak mata.

Kau akan memperhatikan bahwa pikiran sadarmu tetap sadar karena ia membuat kelopak matamu bergetar.
Selain menyempirkan fokus hanya ke kelopak mata, dengan sugesti itu Erickson memberikan ketenteraman kepada subjek tentang keadaannya saat itu. Ia membuat perasaan subjek aman karena diyakinkan bahwa ia “tetap sadar”, karena bisa membuat kelopak mata bergetar.

Kalimat sebab-akibat ini berpola non-sequitur. Ia seolah-olah sebab-akibat, tetapi sebetulnya kedua bagiannya tidak saling berhubungan sebagai sebab-akibat. Masing-masing bekerja sendiri. Sugesti pertama menenteramkan pikiran sadar, sugesti kedua mengelabuinya dan bekerja di level bawah sadar. Menggetarkan kelopak mata sesungguhnya adalah urusan bawah sadar. Orang tidak mungkin bisa menggetarkan kelopak mata secara sadar.

Selanjutnya ia memperkuat kemunculan bawah sadar melalui serangkaian sugesti yang hanya bisa direspons oleh bawah sadar.

Tetapi kau mengubah tarikan nafasmu.
Kau mengubah denyut nadimu.
Kau mengubah tekanan darahmu.
Dan tanpa mengetahuinya, kau memperlihatkan apa yang bisa diperlihatkan oleh subjek hipnotik.

Bagaimana cara orang mengubah denyut nadi? Itu bukan pekerjaan pikiran sadar. Bagaimana orang mengubah tekanan darah? Itu juga bukan pekerjaan pikiran sadar. Subjek hanya perlu merasakannya, dan mengalaminya, dan itu berarti ia membiarkan bawah sadar melakukan pekerjaannya tanpa gangguan pikiran sadar.

Dalam hal ini, sugesti-sugesti yang disampaikan juga berpola truisme. Namun, truisme yang sekarang ini hanya bisa dibenarkan dengan cara melakukan pembuktian internal. Subjek tidak pernah menyadari semua yang disampaikan itu, dan ketika semua itu disampaikan, subjek jadi menyadari bahwa “memang telah terjadi perubahan”. Pada saat pikiran sadar semakin melemah, yang bisa dilakukan oleh subjek pada saat itu bukanlah menguji benar-tidaknya pernyataan-pernyataan tersebut, tetapi sekadar melakukan pembuktian untuk membenarkan bahwa kondisinya memang sudah berubah.

Lalu ia melanjutkannya dengan kalimat samar, seolah-olah menanggapi respons subjek terhadap sugesti sebelumnya, tetapi sesungguhnya ia sedang menyingkirkan segala gangguan dari luar.

Tidak ada yang benar-benar penting
kecuali aktivitas pikiran bawah sadarmu.

Dalam situasi ini, seorang hipnotis tidak pernah benar-benar tahu apa yang tengah berlangsung dalam diri subjeknya. Bagaimana pun selalu ada kemungkinan-kemungkinan suara-suara dari luar mengganggu proses internal si subjek. Erickson memberikan sugesti yang memungkinkan subjeknya untuk melemahkan gangguan dari luar, tanpa menegaskan ada gangguan dari luar. Namun jika gangguan itu ada, pasien bisa menurunkan intensitas gangguan itu dengan sugesti ini. Selanjutnya ia mempersiapkan subjek dengan sugesti untuk memunculkan fenomena hipnotik.

Dan kau bisa mencoba apa saja yang dikehendaki oleh bawah sadarmu.
Ini adalah contoh sugesti yang menyodorkan kepada subjek sebuah “kebebasan ilusif”. Ini menguatkan bentuk kebebasan sebelumnya yang sudah disodorkan, di mana Erickson seolah-olah membebaskan subjek untuk pergi ke mana pun, tetapi ia mengarahkannya ke air.

Dalam kebebasan ilusif kali ini, Erickson menyisipkan kata “mencoba” yang menyiratkan adanya kesulitan atau penghalang bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Orang sering bilang, “Ya, saya akan coba,” dan biasanya ia gagal.

Kenapa Erickson tidak menggunakan kalimat “Dan kau bisa melakukan apa saja yang dikehendaki oleh bawah sadarmu”? Kenapa ia memakai kata “mencoba”?

Itu tampaknya disengaja oleh Erickson untuk untuk memblok bawah sadar subjek sampai ia menerima pengarahan-pengarahan berikutnya dari Erickson. Subjek itu tidak punya pengalaman dengan hipnosis, maka Erickson harus memberikan perasaan bahwa hipnosis aman baginya dan jika ia gagal atau kesulitan dalam pembelajarannya kali ini, itu hal yang wajar. Implikasi lainnya adalah, "Kau boleh mencoba apa saja, tetapi kau akan gagal tanpa pengarahanku."

1 comment:

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.cc

    ReplyDelete