Hipnosis Uya Kuya dan Romy Rafael: Tentang Trance Pura-pura dan Sugesti yang Tidak Bekerja
| A.S. Laksana |Seorang teman pernah menanyakan apakah aksi yang dipertontonkan oleh hipnotis di layar televisi itu sungguhan atau bohongan. Ia menanyakan itu sebab, menurutnya, apa yang dipertunjukkan oleh para hipnotis di layar televisi terlalu berlebihan dan kadang seperti mengada-ada.
Saya tanyakan apa maksudnya. Ia bilang tidak percaya pada pertunjukan Uya Kuya. “Orang dalam keadaan trance tidak mungkin menjawab pertanyaan hipnotis selancar itu,” katanya. “Itu jawaban orang sadar. Lagipula saya pernah melihat dalam salah satu pertunjukan Uya Kuya, salah satu subjeknya menanyakan, ‘Apa?’ ketika ia tidak terlalu jelas menangkap pertanyaan yang diajukan oleh hipnotis.”
Terhadap keraguannya, saya mencoba netral saja. “Bagaimanapun, itu hanya pertunjukan,” kata saya. “Tentu saja sebuah pertunjukan harus menampilkan hal-hal yang sensasional, yang menakjubkan, dan aksi-aksi yang selalu berhasil. Kalau pertunjukan di televisi itu menayangkan aksi yang gagal, ia akan menjadi pertunjukan hipnosis yang menggelikan.” (Baca: Sesat Pikir tentang Hipnosis: "Lihat Mata Saya! Lihat Mata Saya!")
Perihal subjek yang menanyakan “Apa?” ketika tidak bisa menangkap jelas pertanyaan Uya Kuya, saya membenarkan pendapatnya. Dalam hipnosis, ketika subjek memasuki kondisi trance, ia menangkap sugesti dengan bawah sadar. Dan bawah sadar memiliki karakter menjalankan apa yang disampaikan kepadanya. Jika sebuah pesan tidak tertangkap jelas olehnya, paling-paling ia akan diam saja. Jika orang itu menanyakan “Apa?”, bisa dipastikan bahwa ia dalam keadaan sadar sepenuhnya.
Jadi saya agak yakin bahwa subjek Uya Kuya dalam pertunjukan yang dimaksudkan itu pastilah tidak dalam keadaan trance. Pikiran sadarnya masih sepenuhnya aktif. Kemungkinannya, ia hanya berpura-pura trance. Maka tidak aneh bahwa ia bisa menjawab dengan amat lancar.
Hal lain yang dipersoalkan oleh teman saya adalah keampuhan sugesti hipnotik Romy Rafael. Di layar televisi Romy Rafael sangat ampuh. “Ia bahkan bisa membuat seorang perempuan bertubuh kurus dan kecil dan tampak lemah menjadi mampu membengkokkan sebatang besi,” katanya. “Itu mengagumkan, tetapi saya tidak terlalu yakin dengan peragaan itu. Kalau hipnosis bisa membuat seorang perempuan kurus menjadi bionic woman, maka tentu si hipnotis bisa juga mensugesti seorang pengemis yang kering kerontang untuk merobohkan Tembok Besar Cina.”
Lagi-lagi saya hanya bisa bilang bahwa itu cuma hiburan yang harus terus-menerus menawarkan sensasi agar tetap bisa menghibur penonton. Tapi kali ini ia tidak puas atas jawaban saya.
Usut punya usut, rupanya ia pernah menjajal sugesti hipnotik Romy Rafael untuk dirinya sendiri. Itu rekaman skrip yang ia dapatkan dari buku “Quit Smoking” karangan Romy Rafael. Teman saya itu seorang perokok berat dan bisa menghabiskan lebih dari 2 bungkus rokok dalam sehari. Ia bilang, ketika ia berniat mendengarkan skrip tersebut, ia memang sama sekali tidak dalam keadaan ingin berhenti merokok, dan ia memang tidak ingin berhenti merokok hingga sekarang. Menurut pengakuannya, skrip tersebut membosankan dan hanya menyampaikan hal-hal yang ia sudah tahu.
Kawan saya ini bukan hipnotis dan tidak banyak memahami hipnosis. Mungkin, ketika ia memutuskan membeli buku "Quit Smoking" (dengan bonus CD audio), pikiran sadarnya mengatakan bahwa ia tidak ingin berhenti merokok, atau hanya ingin coba-coba saja apakah skrip untuk berhenti merokok punya efek pada orang yang pada saat itu tidak ingin berhenti. Namun, saya berasumsi bahwa ada keputusan bawah sadar yang tidak ia sadari. Jjika ia benar-benar tidak ingin berhenti merokok, kenapa ia membeli buku itu? Kenapa ia mendengarkan rekaman skrip itu? Itu mungkin keputusan bawah sadarnya, yang tidak diketahui oleh pikiran sadar.
Menurut saya, jika ia mendapatkan "pengetahuan" yang tidak pernah terpikirkan olehnya tentang rokok, kemungkinan besar ia bisa menghentikan kebiasaannya merokok meskipun semula ia mengaku hanya coba-coba mendengarkan skrip hipnosis itu. Ia tidak mendapatkan efek apa pun karena, seperti pengakuannya sendiri, skrip itu "hanya menyampaikan hal-hal yang sudah ia ketahui."
Reframing yang efektif untuk mewujudkan perubahan perilaku, anda tahu, sering terjadi ketika seseorang mendapatkan wawasan atau cara pandang baru yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. Dan itu tergantung pada kepiawaian hipnotis untuk menggali apa yang tak terpikirkan oleh subjek, bukan pada skrip baku yang dihafalkan atau direkam. Mengutip Milton Erickson, bagaimanapun yang terpenting dalam hipnosis bukanlah sugesti yang disodorkan oleh hipnotis, melainkan respons subjek atas sugesti tersebut.
Baca artikel terkait: Sugesti, Perangkat Utama Hipnotis
yang saya th trance adl keadaan "entah" dimana hilangnya rasa pd badan fisik, yang ada hanya kesadaran pada keheningan.... Soal uya kuya dan romy rafael sy s7 pada anda Bos, semua adalah bagian dari sebuah pertunjukan.... My be yes, my be no.. Hehe.. yang saya th trance adl keadaan "entah" dimana hilangnya rasa pd badan fisik, yang ada hanya kesadaran pada keheningan.... Soal uya kuya dan romy rafael sy s7 pada anda Bos, semua adalah bagian dari sebuah pertunjukan.... My be yes, my be no.. Hehe..
ReplyDeleteSeru ya, sekali tepuk langsung kena hipnotis
ReplyDeleteHIPNOTIS SEMARANG
niatnya juga gak ngerokok,,ya gak mungkin bisa lah :D
ReplyDelete