Sugesti Terselubung
| A.S. Laksana |Di tangan Erickson, sugesti tidak melulu hadir sebagai instruksi atau petunjuk langsung mengenai apa yang harus dilakukan oleh pasien. Ia lebih sering dihadirkan secara tersamar melalui cerita, metafora, permainan bahasa, selap-selip ucapan, plesetan, dan apa saja di wilayah semantik yang berguna untuk memfasilitasi terjadinya kemungkinan-kemungkinan respons baru oleh si pasien. Perintah-perintah tersamar itulah yang secara otomatis akan mendorong pasien melakukan pencarian dan proses bawah sadar. Erickson seorang master dalam memberikan perintah-perintah tersamar semacam itu sehingga subjek hipnosis bahkan tidak menyadari sama sekali bahwa ia sedang menerima dan menjalankan perintah darinya.
Hal-hal yang secara sadar disembunyikan oleh pasien ia angkat dengan cara lain, yakni dengan cerita-cerita yang paralel, dan itu hanya bisa dikenali kesejajarannya oleh bawah sadar. Perhatikan salah satu cerita yang ia sampaikan ini:
Seorang lelaki dari Philadelphia, yang kusembuhkan sakit kepalanya, mengajak paman dan bibinya mengunjungiku. “Kedua orang ini bertengkar setiap hari selama mereka berumah tangga. Mereka sudah menikah selama 30 tahun,” kata lelaki itu. Begitulah mereka menemuiku. Aku mengatakan, “Tidak cukupkah pertengkaranmu? Kenapa tidak mulai menikmati hidup?” Dan mereka menikmati hidup yang menyenangkan. Dan si bibi kemudian mencoba meyakinkan saudara perempuannya untuk datang kepadaku, karena ibu lelaki Philadelphia itu sangat tidak bahagia.
Erickson sering mengawali sesinya dengan cerita yang merujuk ke pasien-pasien yang pernah ia tangani. Dengan cara itu ia secara tidak langsung memberikan dorongan kepada pasien-pasien yang ia tangani bahwa mereka pun bisa sembuh seperti pasien-pasien sebelum mereka. Bukankah orang-orang lain bisa sembuh? Kenapa mereka tidak bisa jika orang-orang lain bisa? “Aku biasa memulainya ketika pasien dalam keadaan sadar dan sedang menuju kondisi trance ringan,” katanya.
Lalu dalam konteks yang bagaimana cerita di atas disampaikan? Dan untuk menghadapi masalah seperti apa?
Cerita tersebut pernah disampaikan oleh Erickson kepada seseorang yang bersikeras mendebatnya atau selalu gelisah dan terus mendebat dirinya sendiri. Dalam kesempatan itu, ia menegaskan frase, “Tidak cukupkah pertengkaranmu?” Namun, cerita yang sama juga ia tuturkan kepada pasangan yang menghadapi masalah dalam hubungan mereka. Kepada pasangan itu, ia menanyakan, “Kenapa kalian tidak menikmati hidup? Sudah tiga puluh tahun kalian bertengkar. Kupikir pernikahan seharusnya dinikmati. Dan kalian sudah lama tidak menikmati pernikahan.”
Dan mereka sangat apresiatif. Dan dengan pendekatan semacam itulah bola salju terapetik mulai digelindingkan. Ya, sekadar “menggelindingkan bola salju”—itulah perumpamaan yang digunakan oleh Erickson untuk menjelaskan sesi terapinya. “Banyak sekali terapis yang berpikir bahwa mereka harus langsung mengubah dan membantu pasien untuk berubah,” katanya. “Sesungguhnya terapi tak ubahnya seperti kita memulai menggelindingkan bola salju di puncak gunung. Saat menggelinding ke bawah, bola salju itu menjadi semakin besar dan terus membesar dan akhirrnya menjadi longsoran salju yang tepat mengikuti bentuk gunung.”***
0 comments: