| A.S. Laksana | Ini prinsip yang jenial dari Milton Erickson, yakni bahwa setiap komunikasi selalu merupakan komunikasi multilevel, sebab i...

Multiple Level of Communication

7:00 AM A.S. Laksana 0 Comments

| A.S. Laksana |

Ini prinsip yang jenial dari Milton Erickson, yakni bahwa setiap komunikasi selalu merupakan komunikasi multilevel, sebab ia berkomunikasi pada pikiran sadar dan juga pikiran bawah sadar. Bekerja dengan kesadaran sepenuhnya akan hal ini, Erickson dengan sangat enak bisa mengatakan, “Kau tidak perlu masuk ke dalam trance sekarang juga.” Apa yang sebenarnya ia kehendaki dengan kalimat itu? Apakah ia benar-benar menginginkan pasien tetap sadar atau sebaliknya agar pasien masuk ke dalam trance?

Dalam kajian-kajian mutakhir tentang pikiran, para pakar berkesimpulan bahwa pikiran (bawah sadar) manusia sesungguhnya selalu membuang kata “tidak”. Maka bisa dipahami bahwa ketika pasien mendengar kalimat seperti itu, pikiran sadarnya akan dikacaukan oleh arti permukaan kalimat yang memintanya tidak perlu memasuki trance, sementara pikiran bawah sadarnya akan mendengar dan merespons perintah tersembunyi yang ada di sana, yaitu: “Masuk ke dalam trance sekarang juga.

Cara lain yang lazim digunakan oleh Erickson adalah ia akan menyampaikan deskripsi yang melelahkan bagi pikiran sadar tetapi sesungguhnya bertaburan perintah tersamar di sana-sini. Perhatikan sugesti berikut: “Kau boleh berpikir bahwa tidak benar-benar mudah untuk masuk ke dalam trance. Kau juga boleh tidak tahu sama sekali bahwa trance adalah sungguh rileks dan penuh ketenteraman. Karena kau tidak pernah mengalami trance sebelumnya, kau tidak tahu seperti apa itu. Faktanya, kau mungkin tidak menduga akan mendapatkan perasaan penuh ketenangan dan kondisi sangat rileks yang bisa kaurasakan.” Saat pasien secara sadar mendengarkan segala perkataan “tidak”, bawah sadarnya akan menghapuskan kata “tidak” itu. Ia mendengarkan dan merespons perintah dan deskripsi tersembunyi yang anda sampaikan.

Penegasan teoretis lebih lanjut atas makna ganda komunikasi manusia diberikan oleh Noam Chomsky, ahli bahasa dan aktivis politik AS, yang menyodorkan gagasan tentang struktur permukaan dan struktur dalam pada kajiannya tentang bahasa ujaran orang. Kajian inilah yang kemudian melahirkan pandangan baru dalam khazanah linguistik dengan apa yang disebut sebagai tatabahasa transformasional (transformational grammar). Dalam teori gramatika yang dikembangkannya, Chomsky menyimpulkan bahwa struktur ujaran seseorang merepresentasikan pandangan dunianya. Maka ketika seseorang mengomunikasikan “realitas”, apa yang ia sampaikan sesungguhnya adalah “realitas hasil olahan” yang melibatkan di dalamnya generalisasi, distorsi, dan penghapusan (deletion).

Seseorang datang pada suatu hari menemui anda dan, setelah ngobrol-ngobrol sebentar, ia menyampaikan bahwa, “Saya tak bisa percaya lagi pada orang lain.” Dalam tatabahasa transformasional, kalimat tersebut mewakili apa yang dinamakan struktur permukaan, yang tidak lengkap karena mengandung generalisasi, penghapusan, dan distorsi. Mungkin lengkapnya adalah, “Sejak peristiwa itu saya tak bisa percaya lagi pada orang lain, bahkan yang tampak baik sekalipun.”

Tugas terapis adalah mengangkat struktur dalam yang tersembunyi pada bahasa permukaan pasiennya. Dan itulah yang dilakukan oleh Erickson dengan komunikasi multilevelnya, yakni agar tercapai keselarasan antara struktur permukaan dan struktur dalam.***

0 comments: