| A.S. Laksana | Ini pertanyaan yang paling sering ditanyakan. Bagaimana memilih cerita yang tepat sehingga hasil terapetik yang diinginkan ...

Memilih Cerita yang Tepat untuk Pasien

2:05 AM A.S. Laksana 2 Comments

| A.S. Laksana |

Ini pertanyaan yang paling sering ditanyakan. Bagaimana memilih cerita yang tepat sehingga hasil terapetik yang diinginkan bisa dicapai?

Tentu saja kita harus tahu apa yang ingin kita sampaikan, pesan apa yang ingin kita selundupkan ke dalam bawah sadar orang yang kita hadapi.

Dengan teknik apa pun, setiap sesi terapetik pada dasarnya adalah sebuah upaya menyampaikan kepada seseorang tentang apa yang perlu ia lakukan untuk mengatasi situasinya, atau menyingkirkan simptomnya. Setiap sugesti yang diberikan oleh terapis adalah intervensi yang dimaksudkan untuk mengubah mindset orang, menyodorkan cara pandang yang lebih sehat, memastikan bahwa kliennya bisa mengoreksi keyakinan sempitnya mengenai realitas, atau merontokkan pola perilaku tertentu yang terbukti membawa kesulitan dan menggantikannya dengan pola baru yang konstruktif.

Dalam kalimat simpel, instruksi apa yang akan anda sampaikan kepada orang itu agar ia bisa menangani situasinya? Oke, katakanlah instruksi itu berbunyi, "Ubahlah cara pandangmu!" Dari sana, kita bisa memutuskan bagaimana cara menyampaikan perintah tersebut secara tidak langsung melalui sebuah cerita.

Karena menyampaikan sesuatu melalui sesuatu yang lain, maka cerita disebut metafora. Rumus metafora: “X adalah Y”.

Jadi, dengan mempertimbangkan situasi seseorang, anda mengetahui instruksi langsung apa yang akan anda berikan. Selanjutnya anda menetapkan cerita apa yang secara diam-diam membawakan instruksi anda kepada subjek anda. Yang penting anda ingat, setiap cerita selalu akan menemukan kecocokannya dengan situasi orang. Ini terjadi karena orang itu sendirilah yang akan melakukan proses pencarian di level bawah sadar untuk menemukan kesejajaran antara cerita tersebut dan situasinya. Namun karena anda hendak menggunakan cerita sebagai alat terapi, sudah semestinya anda memilihkan cerita yang mengandung implikasi yang anda inginkan.

Saya ingin mengulangi sekali lagi bahwa sebenarnya cerita selalu cocok bagi siapa saja. Setiap orang akan menerima cerita dengan cara pandangnya masing-masing, dengan cara berpikirnya masing-masing, dan dengan seluruh pengalamannya sebagai kerangka acuan. Karena itu setiap orang seringkali akan menemukan "hikmah" yang berbeda-beda dari sebuah cerita. Begitu pun dengan bagian-bagian yang menarik dalam sebuah cerita. Bagian-bagian itu bisa tidak sama pada setiap orang.

Masalahnya, setiap terapi selalu dijalankan dengan strategi tertentu untuk memastikan bahwa terapis menggunakan pendekatan yang tepat bagi kliennya. Pada satu sisi anda memberi keleluasaan kepada subjek untuk menemukan sendiri hikmah sebuah cerita. Pada sisi lain anda harus memastikan bahwa subjek itu menemukan pengetahuan yang ia butuhkan untuk mengatasi situasi sulit yang sedang ia hadapi.

Maka demi kepentingan terapi, atau pemberdayaan, tentu saja perlu bagi anda memilihkan cerita dengan mempertimbangkan secara cermat situasi orang yang anda hadapi. Tentunya anda juga mempertimbangkan efektivitas cerita tersebut, sehingga tujuan yang memuaskan kedua belah pihak bisa dicapai. Jadi, bagaimana memperkuat pesan tanpa disadari, bagaimana menggarisbawahi bagian-bagian yang anda pikir perlu diperhatikan oleh pendengar cerita, itu adalah seni penceritaan.

Contoh Kasus: “Tidak cukupkah pertengkaran kalian?”

Perhatikan contoh berikut tentang bagaimana Erickson menuturkan cerita yang ia maksudkan untuk meminta kliennya agar menenteramkan pikirannya dan berhenti mendebat diri sendiri.

Pertengkaran

Seorang lelaki dari Philadelphia, yang kusembuhkan sakit kepalanya, mengajak paman dan bibinya mengunjungiku. Ia mengatakan, “Kedua orang ini bertengkar setiap hari selama mereka berumah tangga. Mereka sudah menikah selama 30 tahun.”

Mereka menemuiku. Aku mengatakan, “Tidak cukupkah pertengkaran kalian? Kenapa tidak mulai menikmati hidup?” Dan mereka menikmati hidup yang menyenangkan. Dan si bibi mencoba meyakinkan saudara perempuannya untuk datang kepadaku, karena ibu lelaki Philadelphia itu sangat tidak bahagia.

Ada sejumlah pesan implisit yang disampaikan oleh Erickson melalui cerita yang sangat singkat itu. Dan lihatlah bagaimana ia menjadikan cerita singkat itu menjadi bertingkat-tingkat. Inilah beberapa pesan yang bisa kita dapatkan dari cerita singkat tersebut:
  1. Ia telah menyembuhkan seorang lelaki dari Philadelphia dari gangguan sakit kepalanya,
  2. Lelaki itu puas dan meyakini bahwa Erickson bisa juga memperbaiki hubungan antara paman dan bibinya yang sudah menjalani rumah tangga selama 30 tahun dan bertengkar setiap hari.
  3. Keyakinan lelaki Philadelphia itu benar sebab kemudian paman dan bibinya bisa berdamai dan menikmati hidup dan hubungan mereka.
  4. Si bibi puas atas penanganan Erickson dan ia lantas mencoba meyakinkan saudara perempuannya, yakni ibu si lelaki Philadelphia, untuk datang menemuinya agar bisa menikmati hidup yang bahagia.
  5. Dengan cerita itu, secara implisit ia menyampaikan kepada pasiennya, “Tenteramlah sekarang, kau datang pada orang yang tepat.”
Masih ada yang lain? Kepada siapa saja dan dalam konteks apa Erickson menyampaikan cerita tersebut?

Cerita tersebut pernah disampaikan oleh Erickson ketika seseorang di sebuah forum secara lantang mendebatnya. Ia menegaskan frase, “Tidak cukupkah pertengkaran kalian?”

Pada konteks lain, ia mengatakan:

“Aku biasa memulainya ketika pasien dalam keadaan sadar dan menuju ke trance ringan. Kutanyakan kepada mereka, ‘Kenapa tidak menikmati hidup? Kalian sudah lebih dari tiga puluh tahun bertengkar. Kupikir pernikahan seharusnya bisa dinikmati. Dan kalian sudah terlalu lama tidak menikmati pernikahan.’ Dan mereka sangat apresiatif.

“Banyak sekali terapis yang berpikir bahwa mereka harus langsung mengubah dan membantu pasien untuk berubah. Terapi tak ubahnya seperti kita memulai menggelindingkan bola salju di puncak gunung. Saat bola itu menggelinding ke bawah, ia menjadi semakin besar dan terus membesar dan menjadi longsoran salju yang sesuai dengan bentuk gunung.”


Yah, Erickson selalu tahu apa yang ia kehendaki dari orang yang mendengar penuturan ceritanya. Ia selalu bisa memastikan bahwa cerita yang disampaikannya akan direspons oleh klien sesuai yang ia kehendaki. Artinya, ia tahu kapan waktunya, dalam konteks apa, dan cerita seperti apa yang akan ia sampaikan. Dan ia tahu sugesti apa saja yang perlu ia susupkan melalui cerita itu.

Ia sangat percaya diri dengan apa yang ia sampaikan. Ia telah melakukan pelbagai eksperimen dengan kecakapan yang ia miliki. Dan kepercayaan dirinya adalah hasil dari pengalaman berpuluh tahun mendalami hipnosis dan gairahnya untuk menemukan pendekatan-pendekatan yang paling memadai untuk menangani manusia dan perilaku simptomatiknya.

2 comments:

  1. saya menemui kata yg berbeda dri umum'y diblog ini..
    Misalkan kata "pelbagai", biasa'y saya mndapati kata "berbagai"..
    apakah itu mrupakan pattern interupt ?
    Atau memang kata bakunya adalh pelbagai ?
    He.. Maaf saya agak berfikir lebay..

    ReplyDelete
  2. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.cc

    ReplyDelete