| A.S. Laksana | Harus diakui teknik terapi semakin canggih, atau setidaknya cara memasarkan teknik terapi semakin canggih. Ada yang menyamp...

Wawancara Sebelum Terapi: Menjadi Detektif bagi Simptom Klien Anda

7:54 PM A.S. Laksana 1 Comments

| A.S. Laksana |

Harus diakui teknik terapi semakin canggih, atau setidaknya cara memasarkan teknik terapi semakin canggih. Ada yang menyampaikan bahwa menyingkirkan simptom semudah membalik telapak tangan. Ada yang bilang bahwa itu semudah menyentuh ubun-ubun. Ada yang meyakinkan anda bahwa membuat perubahan semudah menoleh ke kiri atau ke kanan. Dan sebagainya.

Tetapi saya tetap meyakini bahwa untuk mengalahkan musuh anda harus mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dan serinci mungkin tentang musuh anda. Anda harus mengenali segala sesuatu tentang musuh anda. Kecukupan informasi selalu merupakan hal yang penting sebagai pegangan untuk pengambilan keputusan. Negara memiliki badan intelijen atau spion yang bertugas mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang pihak lawan. Seorang detektif mengumpulkan informasi serinci mungkin untuk membongkar masalah. Setiap pelatih sepakbola mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai tim lawan yang akan dihadapinya dalam pertandingan penting—demi merumuskan strategi yang tepat untuk menundukkan kesebelasan lawan.

Dan seorang terapis mengumpulkan informasi sebanyak mungkin berkenaan dengan simptom atau perilaku simptomatik pasiennya. Ia memerlukan kecukupan informasi untuk menentukan pendekatan yang paling tepat dalam menundukkan simptom tersebut.

Itulah yang anda lakukan dalam wawancara sebelum terapi (pre-talk). Anda perlu mendapatkan informasi yang memadai, serinci mungkin, tentang simptom pasien anda. Anda harus menjadi detektif yang cermat terhadap detail. Sering sekali hal-hal kecil menjadi pintu masuk bagi upaya anda untuk menyelesaikan pekerjaan besar.

Maka jadilah detektif yang mumpuni. Penting bagi anda memahami bagaimana menggali informasi mengenai simptom atau perilaku simptomatik mereka. Cermati pola-pola tertentu dalam perilaku pasien anda dan kapan munculnya. Juga gi mana dan kapan simptom itu tidak muncul.

Saya biasa mengumpulkan berbagai informasi dengan sabar dan secermat-cermatnya. Ini akan menjadi pekerjaan yang membuat anda berpikir keras ketika baru mulai. Dan orang sering tak sabar, sehingga ingin langsung saja.

Pasien datang, bikin tidur. Setelah itu deepening. Setalah itu sugesti post-hipnotik. Bangunkan. Beres. Tapi apa yang akan anda sampaikan sebagai sugesti posti-hipnotik jika anda tidak memiliki informasi yang memadai tentang simptom pasien anda?

Jika anda bekerja dengan pendekatan metaforik, metafora apa yang akan anda sampaikan kepada pasien anda jika anda tidak memiliki informasi yang memadai tentang simptom atau perilaku simptomatiknya?

Nanti, seiring bertambahnya pengalaman, anda akan tahu bagaimana menyampaikan pertanyaan-pertanyaan ini dalam percakapan yang santai saja.

Sebagai patokan bagi pengumpulan informasi, anda bisa gunakan saja rumus 5W 1H (What, When, Where, Why, Who dan How) yang lazim digunakan oleh wartawan untuk mengumpulkan informasi. Rumus ini menjamin kecukupan informasi bagi anda. Tinggal anda memperlancar penggunaannya bagi kepentingan anda di ruang terapi.

1. Kapan problem pertama kali muncul?
Jika memungkinkan, cari tahu kapan tanggal dan waktu tepatnya simptom itu muncul pertama kali.

2. Kapan pasien mengalami situasi terburuk?
Ini juga penting anda tanyakan, kapan pasien mengalami situasi terburuk, pada waktu-waktu seperti apa simptom itu mencapai puncak keburukannya. Juga bermanfaat bagi anda untuk mencari tahu kapan saja pasien mengalami perasaa yang sama.

3. Berapa sering simptom itu muncul?
Tanyakan berapa sering simptom itu muncul. Cari tahu di mana saja itu muncul dan dengan siapa ia ketika simptom itu muncul.

4. Berapa lama simptom itu berlangsung?
Ya, berapa lama biasanya simptom itu berlangsung? Yang terpendek berapa lama? Yang terpanjang berapa lama?

5. Kapan simptom itu tidak muncul?
Mungkin pertanyaan ini sering dilewatkan. Namun penting untuk mencari tahu kapan simptom itu tidak muncul, terutama ketika si pasien mengira simptom itu akan muncul dan ternyata tidak. Ini informasi yang sangat bermanfaat bagi anda untuk menjalankan terapi.

6. Apa saja rangkaian tahapan dalam simptom itu?
Setiap masalah memiliki awal, tengah, dan akhir. Usahakan mencari tahu apa pemicu yang memunculkan masalah dan apa saja tahapan-tahapannya ketika simptom berlangsung. Galilah rangkaian kejadian simptomatik itu, seperti perasaan, gambaran, suara, atau pengalaman-pengalaman aktual berkaitan dengan simptom tersebut.

7. Apa kejadian-kejadian lain yang sedang berlangsung ketika simptom itu pertama kali muncul?
Cari tahu apa saja kejadian, pengalaman, atau trauma yang muncul bersamaan dengan bermulanya simptom tersebut. Mungkin salah satu dari kejadian-kejadian itu secara tidak langsung memicu atau menjadi pembangkit masalah.

8. Bagaimana hubungan kekerabatan dan pertemanan pasien anda?
Selalu penting untuk mencari tahu bagaimana hubungan pasien dengan orang-orang terdekatnya—dengan kerabat dan dengan teman-teman pergaulannya. Anda juga mencari tahu bagaimana keluarga dan teman-teman melihat perilaku atau simptom si pasien. Simptom tersebut mungkin hanya muncul ketika pasien anda berada di antara anggota-anggota keluarga tertentu. Bagaimana komunikasi antara pasien anda dengan orang-orang terdekatnya.

9. Bagaimana keyakinan (belief) subjektif pasien terhadap masalahnya?
Anda bisa menanyakan pandangan umum pasien anda tentang masalahnya. Sering informasi yang anda dapatkan tidak jelas. Pasien biasanya akan kesulitan menyampaikan secara spesifik kenapa masalahnya muncul. Tetapi anda perlu tahu bagaimana pasien memandang simptomnya sendiri dan keyakinan yang dilekatkan dalam simptom tersebut.

10. Ringkaskan hasil pengumpulan informasi anda.
Sampaikan pandangan sekilas anda tentang hasil pengumpulan informasi yang anda lakukan terhadap pasien. Anda tidak membuat tafsiran di sini, hanya merumuskan ulang dan merangkum poin-poin penting tentang masalah pasien anda. Tugas terapis adalah membantu pasien mengatasi masalah, bukan membuat penafsiran. Jika pasien ingin tahu “kenapa” masalahnya bisa muncul, sampaikan saja bahwa urusan pentingnya di sini adalah mengatasi problem. Soal kenapa dan sebagainya bisa dibicarkan kemudian, itu pun jika diperlukan.

11. Apa hasil akhir yang diinginkan pasien?
Cari tahu apa hasil akhir yang diinginkan oleh pasien anda dalam sesi terapi dan bagaimana ia bisa tahu bahwa terapi sudah berjalan dengan hasil akhir sesuai dengan yang diinginkan pasien.

1 comment:

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.cc

    ReplyDelete