| A.S. Laksana | Salah satu yang sering membikin orang penasaran adalah bagaimana sugesti bekerja. Anda tahu, sugesti hipnotik bisa bekerja ...

Prinsip-Prinsip Psikologis dalam Sugesti Hipnotik

5:39 AM A.S. Laksana 0 Comments

| A.S. Laksana |

Salah satu yang sering membikin orang penasaran adalah bagaimana sugesti bekerja. Anda tahu, sugesti hipnotik bisa bekerja efektif karena pada dasarnya ia valid secara psikologis. Inilah 3 prinsip psikologis menurut Milton Erickson yang bisa anda manfaatkan untuk sugesti anda.

Pertama, Prinsip Pemusatan Perhatian.

Prinsip ini menyatakan bahwa ketika perhatian secara spontan dipusatkan pada satu ide, maka ide tersebut akan mewujudkan dirinya sendiri. Jika yang kita sodorkan adalah ide tentang gerakan otot atau aktivitas motor, maka hal itu disebut aktivitas ideomotor. Jika yang kita sodorkan adalah ide yang melibatkan organ-organ penginderaan, misalnya tentang perubahan temperatur dan sebagainya, maka itu disebut aktivitas ideosensori.

Misalkan seseorang diminta merentangkan kedua tangannya ke samping, dengan mata tertutup, dan kemudian diberi gagasan bahwa masing-masing pergelangan tangannya diikat dengan tali dan kemudian tali itu ditarik ke depan, maka kedua tangan orang itu akan bergerak ke depan dengan sendirinya—tanpa disadari.

Ketika indera dilibatkan, misalnya seseorang dengan mata terpejam disodori gagasan untuk mencelupkan tangannya pada seember air es, maka ia akan merasakan dingin di tangan itu dan begitu dinginnya sehingga muncullah fenomena matirasa. Aktivitas ideosensori ini juga terjadi dengan sendirinya.

Kedua, Prinsip tentang Hasil yang Berkebalikan

Prinsip kedua yang bekerja dalam sugesti hipnosis adalah apa yang oleh Emile Coue disebut “Hukum tentang Hasil yang Berkebalikan”. Bunyinya seperti ini: Ketika keinginan dan imajinasi saling bertentangan, maka imajinasilah yang selalu menang.

Ketika seseorang memiliki keinginan di benaknya untuk melakukan sesuatu tetapi ia merasa tidak bisa, maka semakin keras ia berusaha, semakin sulit ia mewujudkanya. Jika seseorang diminta berjalan di balok kayu sepanjang 5 meter yang diletakkan di lantai, tanpa kesulitan apa pun ia akan bisa melakukannya. Tetapi jika balok itu diletakkan satu melintang di atas dua kursi yang tingginya setengah meter dari lantai, orang itu akan sedikit mengalami kesulitan untuk berjalan di atas balok tersebut dari satu ujung ke ujung lainnya. Bagaimana pula jika balok tersebut diletakkan melintang di atas dua gedung yang tingginya dua puluh lantai? Orang itu ngeri membayangkan dirinya jatuh dan ia berpikir bahwa ia tidak akan bisa menyeberangi balok itu dari ujung ke ujung. Semakin keras ia mencoba melintasi balok itu, semakin sulit baginya untuk menyeberang. Prinsip “semakin keras berusaha, semakin sulit” ini sering digunakan dalam prosedur induksi.

Ketiga, Prinsip tentang Kekuatan Emosi

Di sini kita paham bahwa dengan menambahkan emosi pada sugesti, maka sugesti kita akan lebih efektif. Emosi yang lebih kuat akan cenderung mengalahkan emosi yang lebih lemah. Misalnya, jika dua orang siswa sedang belajar dan salah seorang merasa malas melanjutkan belajarnya dan ingin menonton film saja, ia bisa menyodorkan sugesti ke temannya, “Nonton film saja yuk!” Ia bisa melanjutkan sugesti itu dengan mengingatkan.”Kau ingat terakhir kali kita belajar keras menjelang ujian, dan kau jeblok?” Hampir bisa dipastikan bahwa temannya akan menutup buku dan mengatakan, “Mari!”

 

0 comments: